Nikosia (ANTARA News/AFP) - Sejumlah 453 warga tewas sejak unjuk rasa menentang pemerintah, yang belum pernah terjadi, pecah di Suriah pada enam pekan lalu, kata Kepala Pengamat Hak Asasi Manusia Suriah kepada AFP pada Rabu.

"Jumlah warga tewas berada di angka 453 sejak unjuk rasa terjadi pada 15 Maret," kata Rami Abdel Rahman, yang bertempat di London, kepada AFP saat wawancara melalui telepon.

Rahman mengatakan memiliki daftar korban tewas dan tempat mereka meninggal, dengan menambahkan bahwa kebanyakan korban tewas adalah pada saat unjuk rasa di perbatasan Daraa di selatan dan Homs di tengah sebagaimana juga sejumlah kota dan kabupaten di sepanjang garis pantai utara.

Korban tewas sebelumnya, yang dihitung oleh pegiat hak asasi, akibat tindakan kekerasan keamanan saat unjuk rasa massal berada pada angka 400 jiwa.

Warga Suriah melancarkan unjuk rasa jalanan, yang belum pernah terjadi, yang kebanyakan dilakukan di kota dan kabupaten di luar ibu kota Damaskus, menuntut reformasi politik serta ekonomi dan pada waktu terkini meminta pemerintah mundur.

Presiden Suriah Bashar Al Assad, yang memimpin sejak mengambil alih kekuasaan dari ayahnya, Hafez Al Assad, yang meninggal pada 2000, memerintahkan serangkaian reformasi guna menenangkan pengunjuk rasa.

Pada pekan lalu, Bashar menandatangani tiga keputusan terdiri atas pencabutan aturan darurat, yang ketat selama hampir lima dasawarsa, menghapuskan pengadilan keamanan negara, yang menekan, dan "menertibkan" unjuk rasa damai.