FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Jumat, 29 April 2011


Amman (ANTARA News) - Pasukan keamanan Suriah membunuh sedikitnya 500 warga sipil dalam penumpasan terhadap "pemberontakan demokratis damai", kata kelompok HAM Suriah Sawasiah, Kamis.

Sawasiah, yang didirikan oleh pengacara HAM Suriah yang dipenjara, Mohannad al-Hassani, juga mengatakan, ribuan orang Suriah ditangkap dan puluhan orang hilang setelah demonstrasi menuntut kebebasan politik dan diakhirinya korupsi meletus hampir enam pekan lalu.

"Kami mendesak pemerintah-pemerintah yang beradab mengambil tindakan untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah dan mengendalikan rejim Suriah dan menghentikan pembunuhan, penyiksaan, pengepungan dan penangkapan yang mereka lakukan," kata Sawasiah.

"Kami memiliki nama sedikitnya 500 orang yang dikonfirmasi tewas," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Reuters.

"Rejim Suriah terus melakukan operasi pembunuhan terorganisasi pada rakyatnya sendiri, dengan kekebalan dari hukuman. Pemboman Deraa merupakan kejahatan atas kemanusiaan," kata pernyataan itu, menunjuk pada penggunaan tank-tank militer untuk menumpas perlawanan di kota Deraa, dimana protes mulai meletus.

Sehari sebelumnya, Rabu, sebanyak 203 anggota partai Baath yang berkuasa di Suriah mengajukan pengunduran diri sebagai protes atas penumpasan mematikan terhadap pemrotes, sehingga jumlah yang keluar dari partai itu menjadi 233, menurut daftar yang dilihat oleh kantor berita AFP.

Kelompok terakhir yang mengundurkan diri itu adalah para anggota yang berasal dari wilayah Houran, yang mencakup kota bergolak Daraa di Suriah selatan.

Sebelumnya, 30 anggota dari kota Banias yang dilanda kekerasan di Suriah baratlaut mengundurkan diri.

"Badan-badan keamanan telah menghancurkan nilai-nilai yang tumbuh. Kami menolak dan mengecam segala sesuatu yang terjadi dan dengan menyesal mengumumkan pengunduran diri kami dari partai," kata mereka dalam sebuah pernyataan yang ditandatangani.

"Praktik badan keamanan terhadap warga tidak bersenjata... melanggar segala nilai kemanusiaan dan slogan partai," kata mereka.

Suriah sejak pertengahan Maret dilanda protes yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menuntut reformasi besar-besaran di negara yang dikuasai Partai Baath selama hampir 50 tahun itu.

Pemerintah mengumumkan serangkaian langkah reformasi dalam upaya menenangkan pemrotes, termasuk pembebasan tahanan dan rencana membuat undang-undang baru mengenai media dan perizinan bagi partai politik.

Assad juga memutuskan mencabut undang-undang darurat, yang disusun pada Desember 1962 dan diberlakukan sejak Partai Baath berkuasa pada Maret 1963.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Suriah, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu.

Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara yang dipimpin perdana menteri.

Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari.

Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi.

Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka. 

0 komentar:

Posting Komentar