Sanaa (ANTARA News) - Washington "sangat menyesalkan" langkah Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh karena menggagalkan rencana negara-negara Teluk, yang hendak mengakhiri protes mematikan selama empat bulan, dengan menolak menandatangani rencana peletakan jabatannya.

Negara-negara Teluk kaya tetangga Yaman minggu malam mengumumkan berhenti mengupayakan mediasi sebagai reaksi terhadap penolakan terus menerus Saleh, sementara Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menuduh Saleh "mengingkari komitmennya."

"Amerika Serikat sangat kecewa dengan Presiden Saleh yang terus menolak inisiatif Dewan Kerjasama Teluk (GCC)," kata Clinton dalam sebuah pernyataan.

"Dia mengingkari komitmennya dan mengabaikan aspirasi sah rakyat Yaman," tambahnya.

Ketua GCC Abdullah al-Zayani meninggalkan Sanaa Minggu sesudah Saleh membuat syarat baru bagi penerimaan rencana transisi blok enam negara tersebut, menuntut agar perwakilan oposisi menandatanganinya di istananya.

Menanggapi hal itu, para menteri GCC mengumumkan dalam pertemuan di Riyadh bahwa mereka menghentikan upaya mediasi meski masih mengharapkan Saleh akan menandatangani kesepakatan, yang mereka gambarkan sebagai "cara terbaik untuk mengatasi situasi terkini."

Stasiun televisi negara menayangkan Saleh berdiri di dekat Zayani dan duta besar AS Gerald Michael Feierstein, ketika anggota partai berkuasa Kongres Rakyat General menandatangani kesepakatan tersebut, sehari setelah oposisi melakukan hal yang sama.

"Oposisi akan menjadi mitra dalam pemerintahan transisi selama 90 hari, jadi apakah kita akan menyepakati per telepon?" tanya presiden, menunjuk pada syarat-syarat rencana transisi GCC.

"Mengapa mereka tidak datang?" tambahnya.

Sejak akhir Januari, pasukan keamanan dan para pendukung bersenjata Saleh menumpas protes yang menuntut pelengserannya, mengakibatkan paling sedikit 181 orang tewas, menurut perhitungan yang dikumpulkan dari laporan para aktivis dan dokter.

Zayani dan para duta besar Barat sebelumnya dikepung di kedutaan besar UEA oleh kaum loyalis bersenjata rezim yang berkuasa, yang nampaknya berbalik dengan maksud menghentikan mediator jangan sampai mencapai istana Saleh untuk rencana penandatanganan itu.

Namun dua helikopter Yaman pada akhirnya menerbangkan ketua GCC dan duta besar AS ke istana, kata seorang pejabat keduataan kepada AFP.

GCC mengeluarkan pernyataan yang menyesalkan insiden tersebut.

Saleh memperingatkan perang saudara apabila oposisi menolak menandatangani kesepakatan GCC tersebut dimana dirinya ikut hadir."Jika mereka tetap keras kepala, kami akan melawan mereka dimanapun dengan segala cara," katanya.

"Jika mereka tidak tunduk, dan ingin membawa negara ke dalam perang saudara, biarkan mereka bertanggungjawab untuk itu dan demi darah yang tercurah dan itu akan tercurah jika mereka tetap bersiteguh pada kebodohan mereka."

Pemimpin muda Wassim al-Qershi bersumpah Minggu bahwa gerakan protes akan tetap bersifat damai namun mengecam rencana transisi Teluk karena menjanjikan kekebalan dari penuntutan kepada Saleh dan para pembantunya.

"Presiden berpikir bahwa satu-satunya solusi adalah memprovokasi perang saudara antara unit-unit yang bersaing dalam angkatan darat," kata Qershi.

"Kami ingin mempertahankan sifat damai gerakan kami," tambahnya.

"Inisiatif Teluk adalah sebuah jalan keluar bagi presiden, dan bukan solusi bagi Yaman," katanya, menambahkan: "Kami ingin presiden dan para pembantunya diadili."

Berdasar syarat persetujuan itu, Saleh akan menyerahkan kekuasaan kepada wakil presiden 30 hari sesudah persetujuan ditandatangani, dan dia dan para pembantunya akan diberi kekebalan dari tuntutan oleh parlemen.

Sebuah pemerintahan nasional bersatu yang dipimpin oleh perdana menteri dari oposisi akan dibentuk, dan pemilihan presiden menyusul 60 hari sesudah lengsernya Saleh.

Oposisi mendesak AS dan Arab Saudi agar lebih menekan Saleh supaya menandatangani kesepakatan dan bersumpah akan melanjutkan protes-protes mereka.

"Hanya Amerika Serikat dan Arab Saudi lah yang mampu menekan dia," kata Mohammed al-Qahtan, juru bicara kelompok payung oposisi Forum Bersama, kepada AFP.

Ratusan ribu penentang Saleh turun ke jalan-jalan di Sanaa Minggu, dalam pawai terbesar mereka sejak protes berlangsung Januari.

Para dokter mengatakan orang-orang bersenjata menembak mati seorang demonstran. Oposisi menyalahkan para "penjahat brutal dan kasar" kaum loyalis.

Namun Senin, penghalang-penghalang jalan yang dipasang para pendukung Saleh telah disingkirkan, dan kehidupan di Sanaa kembali pulih ke keadaan normal.