Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat hari Kamis memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia, demikian Reuters melaporkan.

AS juga menawarkan hadiah lima juta dolar bagi informasi yang mengarah pada lokasi pemimpin kelompok tersebut.

Kementerian Luar Negeri AS mengatakan bahwa Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk muslim di Kaukasus Utara, bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri dan aksi terorisme lain.

"Kementerian Luar Negeri AS menawarkan hadiah hingga lima juta dolar bagi informasi yang mengarah pada lokasi Doku Umarov," kata kementerian itu.

Emirat Kaukasus, yang juga dikenal sebagai Imarat Kavkaz atau IK, dituduh melakukan banyak serangan yang mencakup serangan terhadap kereta-api Rusia berkecepatan tinggi pada November 2009 dan pemboman bunuh diri di luar Kementerian Dalam Negeri Chechnya pada Mei 2009, kata kementerian AS itu.

Umarov juga mengklaim bertanggung jawab serangan-serangan lain di Rusia, termasuk pemboman bunuh diri yang menewaskan 37 orang di bandara terpadat di Moskow pada Januari dan dua pemboman yang menewaskan 40 orang di metro Moskow pada Maret 2010.

"Serangan-serangan yang dilakukan Emirat Kaukasus menunjukkan sifat global masalah teroris yang kita hadapi hari ini. Kami solider dengan rakyat Rusia dalam mengutuk aksi teroris keji ini," kata Daniel Benjamin, kepala kontra-terorisme Kementerian Luar Negeri AS, dalam sebuah pernyataan.

Dalam rekaman video yang dipasang pada Februari, Umarov mengatakan, Rusia akan menghadapi "tahun darah dan air mata" jika mereka menolak meninggalkan wilayah-wilayah Kaukasus Utara, dan dalam wawancara terpisah bulan ini ia mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden tidak akan menghentikan perjuangan muslim garis keras.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.

Pada 4 Mei, komite anti-teror nasional Rusia mengumumkan, pasukan keamanan membunuh seorang militan utama Al-Qaeda di Chechnya yang mengkoordinir gerilyawan asing di Kaukasus Utara.

Militan yang bernama Doger Sevdet itu adalah seorang warga Turki yang memiliki julukan Abdullah Kurd dan "utusan Al-Qaeda di Kaukasus Utara", kata komite itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor-kantor berita Rusia.

Militan itu tewas pada 3 Mei, dua pekan setelah Rusia membunuh seorang militan penting lain Al-Qaeda, gerilyawan Saudi yang dikenal sebagai Moganned dalam apa yang disebut analis sebagai salah satu keberhasilan keamanan terbesar di kawasan itu selama beberapa tahun ini.

Kematian Sevdet itu juga diumumkan setelah pembunuhan pemimpin global Al-Qaeda Osama bin Laden oleh pasukan AS di Pakistan yang disebut Kremlin sebagai "keberhasilan serius dalam perang melawan terorisme internasional".

Pada 18 April, pasukan keamanan Rusia membunuh seorang pemimpin gerilya muslim yang mendalangi serangan-serangan di Kaukasus Utara dan mengancam Moskow, kata pihak berwenang federal.

Kantor-kantor berita Rusia mengutip Komite Anti-teror Nasional (NAK) yang mengatakan, pasukan keamanan menembak mati Israpil Validzhanov dan tiga rekannya di Dagestan, provinsi sebelah timur Chechnya yang dilanda kekerasan.

Validzhanov adalah wakil utama di Dagestan untuk pemimpin gerilya Kaukaus Utara, Doku Umarov, yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di bandara terpadat Moskow pada Januari yang menewaskan 37 orang.