Kedubes AS di Yaman |
"Kedubes AS ditutup sementara setidaknya selama dua hari pada Selasa dan Rabu (24-25/5) terkait situasi keamanan yang tidak kondusif di Yaman," menurut kantor berita Yaman, SABA, yang dipantau ANTARA dari Kairo, Senin.
Kedubes dibuka hanya untuk pelayanan darurat kepada warga AS di negara itu, kata SABA mengutip pernyataan kantor perwakilan AS tersebut.
Sementara itu, situasi dan kondisi keamanan di negeri paling selatan Jazirah Arab itu semakin tidak menentu menyusul penolakan Presiden Ali Abdullah Saleh untuk menandatangani perjanjian peralihan kekuasaan yang ditengahi oleh Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).
Presiden Saleh, yang telah lebih dari tiga dekade berkuasa, berdalih bahwa pengalihan kekuasaan itu dapat mendorong negara tersebut ke ranah perang saudara.
Dalam pidato pada akhir pekan lalu yang disiarkan langsung oleh jaringan televisi lokal, Saleh justru menyalahkan pihak oposisi yang melancarkan aksi unjuk rasa hebat sebagai pihak yang menggagalkan perjanjian itu.
Kepala Negara Yaman juga berdalih bahwa bila ia mengundurkan diri, maka kelompok garis keras Al Qaida bakal mengisi kekosongan kekuasaan di negara konflik itu.
Perjanjian yang diprakarsai negara-negara kaya minyak Teluk itu intinya meminta Presiden Saleh melepaskan kekuasaannya dengan jaminan memperoleh kekebalan hukum, yakni tidak akan dituntut pada kemudian hari.
Padahal pihak oposisi sendiri telah menandatangani perjanjian tersebut pada Sabtu (21/5) setelah meyakini bahwa Presiden Saleh juga bakal menandatanganinya.
Akibat penolakan Presiden Saleh itu, GCC pada Ahad, (22/5) menyatakan mundur dari mediasinya.
0 komentar:
Posting Komentar