Washington (ANTARA News) - Gedung Putih, Jumat (6/5), mengancam akan melakukan "tindakan tambahan" terhadap Suriah, jika pemerintah di Damaskus tak memperlihatkan "perubahan besar" dalam pendekatannya terhadap protes, demikian isi pernyataan yang disiarkan oleh sekretaris persnya.

"Amerika Serikat percaya aksi tercela Suriah terhadap rakyatnya memerlukan reaksi kuat internasional," kata Gedung Putih di dalam pernyataannya, yang mengutuk penggunaan "kekerasan brutal" untuk memadamkan protes.

Gedung Putih menyatakan "sangat jelas" bahwa pasukan keamanan pemerintah Suriah takkan memulihkan kestabilan dan takkan menghentikan tuntutan bagi perubahan di Suriah.

"Juga jelas bahwa pengumuman pembaruan palsu, seperti mengakhiri hukum darurat tapi kemudian memperluas jangkauan penangkapan bahkan tanpa surat penangkapan, juga tak memenuhi tuntutan bagi perubahan di Suriah," katanya.

Gedung Putih memperingatkan pemerintah Presiden Bashar Al-Assad agar menghentikan penindasannya terhadap protes damai pro-demokrasi. Jika tidak, "Amerika Serikat dan mitra internasionalnya akan melakukan tindakan tambahan untuk membuat jelas penentangan kuat terhadap cara pemerintah Suriah memperlakukan rakyatnya".

Pada 30 April, AS memerintahkan pembekuan dan pembatasan transaksi keuangan Suriah, yang terutama ditujukan kepada Maher Al-Assad, saudara presiden yang kuat dan menjadi komandan Divisi Lapis Baja Keempat --yang ditakuti.

Yang juga disebutkan namanya di dalam perintah eksekutif dari Presiden AS Barack Obama adalah Direktur Direktorat Intelijen Suriah, Ali Mamluk dan mantan kepala dinas intelijen di provinsi Daraa, Atif Najib yang merupakan pusat kerusuhan politik.

Tapi pemerintah Obama tak sampai mengincar presiden Bashar sendiri, dan sejauh ini belum menarik duta besarnya di Damaskus, Robert Ford --yang baru saja tiba pada Januari dalam upaya meningkatkan hubungan.

Pernyataan paling akhir Gedung Putih tersebut adalah salah satu reaksi paling keras mengenai kondisi yang merosot di Suriah. Sebelumnya berbagai kelompok hak asasi manusia menyatakan pasukan Suriah menembak hingga tewas sedikitnya 26 pemrotes Jumat (6/5), selama "Hari Pembangkangan" terhadap pemerintah.

Pasukan keamanan memasuki Suriah tengah dan daerah pantai menjelang Shalat Jumat dalam menguji tekad para pengunjuk-rasa apakah akan tetap melakukan protes terhadap pemerintah Presiden Bashar Al- Assad.

Dalam aksi unjuk kekuatan, tank berjaga-jaga di dekat pusat kota Homs, Rastan, dan Banioas dalam dua hari belakangan ini.