Jakarta (ANTARA News) - Kamboja mengakui suasana Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sempat menjadi tegang karena negara itu mengangkat masalah perbatasan dengan Thailand pada sesi utama pertemuan kepala negara/pemerintahan ASEAN.

Dalam konferensi pers kepada media massa peliput KTT ke-18 ASEAN di Balai Sidang, Jakarta, Minggu, Perdana Menteri (PM) Kerajaan Kamboja, Hun Sen, mengatakan dirinya mengangkat persoalan sengketa perbatasan di kawasan Candi Preah Vihear itu bukan untuk membuat masalah, tapi guna mencari jalan keluar masalah.

"Jadi, bisa dilihat bahwa suasana kemarin itu tegang dalam pertemuan utama. Kamboja menaikkan isu ini bukan untuk menciptakan masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah," ujarnya.

Menurut Hun Sen, setiap orang pasti tahu bahwa masalah Kamboja-Thailand telah mencemari suasana KTT ke-18 ASEAN sekaligus menjadi tantangan bagi ASEAN yang sedang berupaya mewujudkan komunitas bersama pada 2015.

Sesi utama pertemuan kepala negara/pemerintahan ASEAN pada Sabtu 7 Mei 2011 dijadikan kesempatan bagi Hun Sen untuk mengangkat masalah perbatasan Thailand-Kamboja dalam pidatonya.

Dalam pidatonya, PM Hun Sen menilai Pemerintah Kerajaan Thailand terus mengeluarkan syarat-syarat yang tidak dapat diterima dan tidak masuk akal terkait hal itu.

"Thailand meminta Kamboja menarik pasukannya dan rakyatnya dari wilayahnya sendiri, wilayah yang merupakan kedaulatan dan berada di bawah kendali Kamboja. Syarat itu tidak masuk akal dan tidak dapat diterima," kata Hun Sen dalam naskah pidatonya.

Menurut dia, seharusnya Pemerintah Thailand yang menarik pasukannya dari kawasan itu, berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda pada 15 Juni 1962.

Ia mengatakan, keputusan Pemerintah Thailand untuk menetapkan syarat itu menunjukkan bahwa Bangkok tidak memiliki niat baik untuk menerima tim peninjau dari Indonesia dan tidak memiliki keinginan untuk menyelesaikan sengketa perbatasan ini sesuai dengan hukum internasional secara damai.

Namun, PM Hun Sen kemudian menyatakan tercipta atmosfer yang sangat baik dalam pertemuan dengan PM Thailand, Abhisit Vejjajiva, yang difasilitasi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua ASEAN dan tuan rumah pada Minggu pagi sebelum dimulainya hari kedua KTT ke-18 ASEAN.

Menurut Hun Sen, pihak Thailand dan Kamboja telah menerima rekomendasi yang diusulkan Indonesia untuk menyelesaikan masalah perbatasan di kawasan candi Preah Vihear yang telah diakui sebagai situs kawasan budaya dunia oleh UNESCO itu.

Hun Sen menyatakan, kesiapan Kamboja untuk segera memulai perundingan dalam sebuah komite perbatasan dengan Thailand setelah negara tetangganya itu menandatangani kerangka acuan perdamaian yang diajukan oleh Indonesia.

Hun Sen juga menegaskan keinginan Kamboja, agar setiap langkah penyelesaian masalah tersebut selalu melibatkan Indonesia dan ASEAN.