Taipeh (ANTARA News) - Kapten kapal Taiwan yang dibajak tewas dalam tembak-menembak antara pasukan Angkatan Laut AS dan perompak Somalia, dan pemerintah Taiwan mengungkapkan keprihatinan atas insiden tersebut, kata seorang pejabat Taiwan, Minggu.

Kapal nelayan Jih-chun Tsai 68 dengan berat 80 ton, yang diawaki oleh 10 orang Indonesia dan Kapten Wu Lai-yu, dibajak pada Maret 2010 ketika sedang berlayar di perairan lepas pantai Somalia.

Wu tewas bulan ini dalam tembak-menembak antara perompak dan pasukan di kapal perang USS Stephen W. Groves ketika perompak menggunakan kapal nelayan itu untuk melancarkan serangan, kata Kementerian Luar Negeri Taiwan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu larut malam.

Kapal nelayan itu tenggelam dan tiga perompak tewas, kata kementerian tersebut.

"Kami mengungkapkan keprihatinan kepada AS," kata juru bicara kementerian itu Steve Shia kepada AFP, Minggu.

"Kami juga meminta Lembaga Amerika di Taiwan memberikan laporan penyelidikan mengenai insiden tersebut," katanya, menunjuk pada kedutaan besar de fakto AS di Taipeh.

Keluarga Wu melakukan negosiasi dengan perompak bagi pembebasannya, namun belum ada kesepakatan yang dicapai mengenai uang tebusan. Sepuluh orang awak Indonesia dibebaskan pada Maret namun belum jelas apakah pemilik kapal itu membayar uang tebusan bagi pembebasan tersebut.

Perompakan meraja-lela di lepas pantai Somalia, yang mengacaukan jalur pelayaran antara Eropa dan Asia, membuat awak dan kapal terancam bahaya serta mendorong beaya asuransi bagi perusahaan perkapalan.

PBB memperingatkan, perompak Somalia menjadi semakin berani dan tetap mendahului pasukan angkatan laut internasional yang berusaha mengakhiri pembajakan di kawasan perairan itu.

Pada 2009, perompak Somalia menyerang lebih dari 130 kapal dagang di lepas pantai Somalia, naik lebih dari 200 persen dari tahun 2007, menurut Pusat Pelaporan Perompakan Biro Maritim Internasional di Kuala Lumpur.

Perompak yang beroperasi di lepas pantai Somalia meningkatkan serangan pembajakan terhadap kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden meski angkatan laut asing digelar di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu sejak 2008.

Kapal-kapal perang asing berhasil menggagalkan sejumlah pembajakan dan menangkap puluhan perompak, namun serangan masih terus berlangsung.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun 2008 saja.

Angka tidak resmi menunjukkan 2009 sebagai tahun paling banyak perompakan di Somalia, dengan lebih dari 200 serangan -- termasuk 68 pembajakan yang berhasil -- dan uang tebusan diyakini melampaui 50 juta dolar.

Kelompok-kelompok bajak laut Somalia, yang beroperasi di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Asia dan Eropa, memperoleh uang tebusan jutaan dolar dari pembajakan kapal-kapal di Lautan India dan Teluk Aden.

Patroli angkatan laut multinasional di jalur pelayaran strategis yang menghubungkan Eropa dengan Asia melalui Teluk Aden yang ramai tampaknya hanya membuat geng-geng perompak memperluas operasi serangan mereka semakin jauh ke Lautan India.

Dewan Keamanan PBB telah menyetujui operasi penyerbuan di wilayah perairan Somalia untuk memerangi perompakan, namun kapal-kapal perang yang berpatroli di daerah itu tidak berbuat banyak, menurut Menteri Perikanan Puntland Ahmed Saed Ali Nur.

Pemerintah transisi lemah Somalia, yang saat ini menghadapi pemberontakan berdarah, tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka.

Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut, demikian AFP melaporkan.