PBB (ANTARA News) - Kwartet perunding perdamaian Timur Tengah -- Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-bangsa -- Jumat menyatakan dukungan kuat pada visi Presiden AS Barack Obama mengenai perdamaian Israel-Palestina.

"Kwartet setuju bahwa bergerak maju atas dasar wilayah dan keamanan akan memberikan pondasi pada Israel dan Palestina untuk mencapai penyelesaian akhir konflik melalui perundingan yang serius dan substantif serta kesepakatan bersama dalam semua masalah inti," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilaporkan Reuters.

Ketika mengemukakan prinsip-prinsip perjanjian damai, Kamis, Obama menegaskan kembali komitmen AS pada keamanan Israel. Ia menyerukan perjanjian damai yang menghasilkan dua negara, Israel dan Palestina, yang membagi perbatasan yang ada sebelum Israel merebut Tepi Barat dalam perang Timur Tengan pada 1967.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang bertemu dengan Obama di Washington, Jumat, menanggapi dengan mengatakan visi itu dapat menyebabkan Israel dengan perbatasan yang "tak dapat dipertahankan" dan memberi kesan pemerintah AS tidak mengerti masalah yang Israel hadapi.

"Anggota-anggota Kwartet setuju sepenuhnya mengenai kebutuhan mendesak untuk memecahkan konflik antara Israel dan Palestina," kata pernyataan bersama Kwartet.

Pertemuan Kwartet yang dijadwalkan Maret ditunda atas permintaan AS, yang mengatakan waktunya tidak tepat, kata beberapa diplomat PBB.

"Kwartet menegaskan kembali permintaan kerasnya pada pihak-pihak itu (Israel dan Palestina) untuk mengatasi rintangan yang ada sekarang ini dan memulai lagi pembicaraan bilateral langsung tanpa penangguhan atau prasyarat," kata pernyataan Kwartet itu.

Pembicaraan damai Israel-Palestina yang diawasi AS macet tahun lalu setelah pemerintah Otonomi Palestina menarik diri dari pembicaraan sebagai reaksi pada penolakan Israel untuk memperpanjang moratorium dalam aktivitas permukimannya di wilayah Palestina.

Negara-negara Eropa utamanya telah berusaha untuk melancarkan kembali proses perdamaian dengan menggunakan Kuartet, yang telah mengajukan peta jalan ke perdamaian berdasarkan perjanjian tanah untuk keamanan. Israel harus mau melepaskan wilayah, sementara semua kelompok Palestina khususnya Hamas harus mau mengakui hak Israel untuk hidup dan mengakhiri kekerasan.

Obama tahun lalu menetapkan target September tahun ini bagi pembentukan negara Palestina, demikian AFP melaporkan.