Tripoli (ANTARA News/Reuters) - Beberapa ledakan keras mengguncang ibu kota Libya, Tripoli, Kamis malam (26/5) waktu setempat, dan asap tebal terlihat membubung dari kompleks permukiman pemimpin Libya Muamar Gaddafi di Bab al-Azizyah.

Lima suara ledakan keras terdengar selama 10 menit, kata koresponden Reuters Joe Logan.

Sementara itu stasiun televisi Al-Arabiya juga melaporkan kompleks itu telah diserang oleh NATO.

NATO melancarkan serangan di Tripoli, Kamis, kata stasiun televisi negara Libya, setelah Amerika Serikat menyatakan tawaran gencatan senjata dari pemerintah Gaddafi tak dapat dipercaya.

Pasukan yang setia kepada Gaddafi sebelumnya melancarkan pemboman paling sengit terhadap kota yang dikuasai pemberontak, Misrata, selama berhari-hari, sementara para pemimpin Barat melakukan pertemuan puncak Kelompok Delapan (G-8) di tempat pelancongan di pantai Prancis, Deauville.

Juru bicara pemberontak di Misrata, tempat sebagian pertempuan paling sengit dalam tiga bulan konflik di Libya, mengatakan satu serangan mortir di sana menewaskan tiga pemberontak.

Suleim Al-Faqih mengatakan bentrokan berawal ketika pemberontak menyerang pasukan Gaddafi yang menggunakan ekskavator untuk menggali parit guna menghalangi jalan.

"Kami menembaki mereka dan bergerak maju. Mereka mundur dan mulai menembakkan mortir," katanya.

Dalam taklimat di Misrata, Kamis malam, Fathi al Bashaagha, anggota dewan militer kota itu, mengatakan pasukan pemberontak bergerak maju sampai empat kilometer ke arah barat pada Kamis dan menghancurkan gudang senjata milik pasukan yang setia kepada Gaddafi, sebelum mundur ke garis depan mereka di pinggiran Misrata.

Dewan militer tersebut menyatakan dewan itu tak memiliki rencana jangka pendek untuk bergerak ke Zlitan, kota kecil utama berikutnya di sebelah barat di jalan menuju Tripoli, yang saat ini dikuasai pendukung Gaddafi.

"Kami menunggu untuk memulai pertempuran guna memperebutkan Zlitan, lalu kami akan siap menghadapi mereka," kata al Bashaagha. "Kami kira itu akan terjadi dalam beberapa hari ke depan."