FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Selasa, 24 Mei 2011

Jubir Libya, Mussa Ibrahim
 Tripoli (ANTARA News/AFP) - Sebanyak tiga orang tewas dan 150 orang lagi cedera saat pesawat tempur NATO menyerang ibu kota Libya, Tripoli, Selasa pagi, kata juru bicara pemerintah Mussa Ibrahim kepada wartawan.

"Menurut informasi yang kami terima, ada tiga orang yang tewas dan 150 lagi cedera," kata Ibrahim kepada wartawan di satu bus yang membawa mereka ke rumah sakit tak lama setelah serangan tersebut.

Ibrahim mengatakan NATO telah melancarkan antara 12 dan 18 serangan terhadap satu barak pengawal rakyat, satuan relawan yang mendukung militer.

Kebanyakan korban adalah warga sipil yang tinggal di dekat lokasi yang diserang, kata juru bicara tersebut.

Seorang wartawan AFP mengatakan serangan itu berlangsung lebih dari setengah jam, mulai sekitar pukul 0.:00 waktu setempat (06.00 WIB), ketika suara ledakan keras terdengar di sektor sekitar permukiman tempat tinggal pemimpin Libya Muamar Gaddafi, Bab al-Aziziya.

Serangan itu dimulai oleh suara berciutan dan terbentuknya bola merah di udara, kata saksi mata.

Lebih dari 15 suara ledakan keras terdengar di permukiman itu, sementara gemuruh suara pesawat terdengar di udara.

Itu adalah serangan paling sengit sejak dimulainya operasi NATO terhadap pemerintah Gaddafi.

Sektor Bab al-Aziziya sudah beberapa kali dijadikan sasaran serangan oleh pesawat NATO.

Tripoli dijadikan serangan udara setiap hari oleh koalisi internasional tersebut, yang melancarkan serangan pada 19 Maret guna mencegah pasukan Gaddafi menyerang warga sipil.

NATO mengambilalih komando operasi pada 31 Maret.

Sementara itu, utusan oposisi Libya dari Dewan Peralihan Nasional Sementara, Senin (23/5), di Moskow mengatakan mereka tidak akan mengadakan perundingan dengan pemimpin Libya Muammar Gaddafi.

Utusan tersebut, yang juga mantan menteri luar negeri Libya, Abdul-Rahman Shalgam, menyampaikan pernyataan itu dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

0 komentar:

Posting Komentar