Tunis (ANTARA News) - Pemerintah baru Tunisia mengajukan dakwaan terhadap pemimpin terdepak Zine al-Abidine Ben Ali dan istrinya sehubungan dengan kematian pemrotes selama revolusi terhadap kekuasaannya, demikian laporan kantor berita resmi Tunisia, TAP, Rabu (4/5).

TAP mengutip sumber kehakiman yang menyebut  dakwaan itu berpangkal dari penembakan yang menyebabkan beberapa pemrotes oleh pasukan keamanan di kota Ouardanine di Tunisia tengah. Ketika itu pemrotes berusaha mencegah kemenakan Ben Ali, Kais Ben Ali, melarikan diri dari kota tersebut.

Peristiwa itu terjadi pada malam antara 15 dan 16 Januari 2011, sehari setelah protes satu bulan di jalanan memaksa Ben Ali mengungsi ke Arab Saudi, sehingga berakhir lah 23 tahun kekuasaannya.

Aksi perlawanan di Tunisia adalah yang pertama yang menerpa banyak negara Arab.

Menurut dakwaan baru tersebut Ben Ali dan istrinya, Leila Trabelsi, "merencanakan perlawanan terhadap keamanan dalam negeri Tunisia" dan "menyulut kekacauan, pembunuhan serta penjarahan", kata TAP.

Beberapa anggota keluarga Ben Ali dan aparat keamanannya, serta sebagian sekutu terdekatnya, ditahan tak lama setelah penggulingan presiden tersebut.

TAP melaporkan dakwaan juga telah diajukan terhadap 14 anggota pasukan keamanan karena peran mereka dalam peristiwa di Ouardanine, yang menewaskan empat pemrotes.

Pemerintah Tunisia pada April menyatakan mereka telah menyiapkan 18 kasus hukum terhadap Ben Ali, termasuk pembunuhan secara sengaja dan penggunaan serta penyelundupan narkotika. Mereka sedang mengupayakan ekstradisi Ben Ali dan istrinya dari Arab Saudi.