Washington (ANTARA News) - Kematian Osama bin Laden kemungkinan memicu aksi balasan dari kelompok-kelompok afiliasi Al Qaeda. Mereka akan mengisi  kekosongan yang ditinggalkan oleh ikon teroris tersebut.

Pernyataan itu dikatakan oleh pejabat resmi pemerintah dan analis keamanan pada Senin (2/5) seperti dikutip USA Today.

"Pemenggalan kepala bukan berarti akhir dari gerakan," kata profesor dari Georgetown University Bruce Hoffman, yang mempelajari terorisme dan pemberontakan selama lebih dari tiga dekade.

"Beberapa pihak mungkin melihat ini sebagai kesempatan untuk mencuri perhatian," kata Hoffman.

"Risiko (serangan baru) bisa meningkat, tapi berita bagusnya adalah mereka akan terburu-buru melakukan sesuatu, beberapa dari (kelompok) ini bisa bertindak prematur sehingga pihak berwenang bisa mempelajari lebih banyak mengenai jaringan teror yang masih ada.

Selama bertahun-tahun, Bin Laden mengendalikan operasional Al Qaeda sedangkan ribuan pengikutnya tertangkap atau terbunuh dalam pertempuran di Afghanistan dan Irak maupun dalam serangan pesawat tanpa awak.

Yang bertahan dan terus berlanjut berkembang adalah jaringan patahan dari cabang teroris kecil - sebagian besar  diinspirasi oleh keberhasilan serangan 9/11 Bin Laden - dan mereka ada di  Asia, Afrika dan Timur Tengah. Negara Timur Tengah Yaman saat ini dianggap pemerintah AS sebagai basis global baru operasi teroris.

"Al Qaeda, organisasi itu, kena hantam  dan perang berikutnya adalah melawan  Al Qaedaism - gerakan yang membuat Bin Laden bertahan," kata Phil Mudd, mantan direktur asisten eksekutif cabang keamanan nasional FBI.

"Semua perayaan  di jalanan di Washington dan New York adalah wajah dari kesalahpahaman mengenai  ancaman yang kita hadapi."

Mungkin aspek paling mengganggu dari pengaruh berkelanjutan Al Qaeda adalah teroris "home grown" (dalam negeri) yang terinspirasi Bin Laden, misalnya tokoh radikal di Yaman yang asal AS, Anwar al-Awlaki.

Mayor Angkatan Darat Nidal Hasan,  tersangka  dalam pembunuhan massal di Fort Hood, Texas, diduga mendapatkan panduan dari Al- Awlaki sebelum peristiwa itu terjadi.

Peristiwa itu menewaskan 13 orang. Imam kelahiran AS itu juga mendukung percobaan pengeboman Hari natal 2009 di pesawat komersil di atas Detroit. Tersangkanya, Umar Farouk Abdulmutallab, diduga berlatih untuk misi itu di Yaman.

Insiden itu merupakan bagian dari serangkaian plot baru-baru ini, kebanyakan melibatkan penduduk AS namun gagal beraksi, misalnya rencana bom di Times Square dan sistem kereta bawah tanah New York hingga  upacara penyalaan pohon Natal di Portland dan kantor rekrutmen militer di pinggiran kota Baltimore.

"Meningkatnya ancaman teroris lokal merupakan bagian dari warisan (Al Qaeda)," kata Tom Kean, salah satu ketua Komisi 9/11.

"Mereka akan  menunjukkan bahwa mereka ada," kata mantan gubernur New Jersey itu.  "Mereka akan berusaha melakukan sesuatu," kata Kean.

Marc Sageman, analis teror yang bertugas sebagai konsultan untuk New York Police Department, mengatakan para pejabat AS "over-estimate" dalam menaksir kapasitas Al Qaeda untuk menyerang. Dan, dengan perginya Bin Laden, dia mengatakan, organisasi teror akan  berjuang menarik anggota baru.

"Beberapa orang mungkin menjadi kepala baru jaringan jihad global, tetapi tidak ada yang akan sebisa Osama bin Laden."