FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Senin, 30 Mei 2011

  Sergei Bagapsh
Sukhumi, Georgia (ANTARA News) - Sergei Bagapsh, pemimpin wilayah Georgia yang memberontak, Abkhazia, meninggal di sebuah rumah sakit di Moskow, Minggu, sementara para analis memperkirakan bahwa penggantinya akan tetap mengambil sikap pro-Rusia.

Bagapsh, yang meninggal setelah operasi paru-paru, "adalah pendukung kuat persahabatan dan persekutuan dengan Rusia", kata Presiden Rusia Dmitry Medvedev dalam sebuah pernyataan.

"Ia bekerja tanpa kenal lelah untuk memperkuat hubungan yang dalam antara negara-negara kami," katanya.

Bagapsh (62), yang berkuasa sejak 2005, terpilih kembali untuk memimpin wilayah separatis itu pada 2009, sekitar setahun setelah pasukan Rusia mengalahkan Georgia dalam perang lima hari dan mengumumkan Abkhazia sebagai negara merdeka.

Utusan resmi Abkhazia di Moskow mengatakan, Bagapsh menderita kanker paru-paru dan berada dalam keadaan koma setelah menjalani operasi pada 21 Mei.

Menurut sejumlah pejabat, jenazahnya akan dimakamkan di desa tempat asalnya di Abkhazia pada Kamis, dan Medvedev akan menghadiri acara untuk menghormatinya di Moskow pada Senin.

Alexander Ankvab, wakil Bagapsh, telah ditunjuk untuk menjadi penjabat presiden, dan pemilihan umum baru sesuai dengan konstitusi wilayah itu akan dilaksanakan dalam waktu tiga bulan.

"Kami sangat terguncang atas kematian Sergei Bagapsh," kata pemimpin sementara Abkhazia itu kepada kantor berita Interfax.

"Ini kehilangan besar bagi seluruh rakyat Abkhazia," tambah Ankvab.

Separatis Abkhazia, yang secara budaya dan agama berbeda dari penduduk Georgia, mengobarkan perang sengit setelah runtuhnya Uni Sovyet yang menewaskan ribuan orang dan mengakibatkan sekitar 250.000 orang, sebagian besar orang Georgia, mengungsi.

Kremlin mengakui kemedekaan wilayah-wilayah separatis Georgia yang didukung Moskow, Ossetia Selatan dan Abkhazia, pada 26 Agustus tahun 2008, beberapa pekan setelah pasukan Rusia mematahkan upaya militer Georgia menguasai lagi Ossetia Selatan.

Hubungan Rusia dengan Barat memburuk setelah perang singkat negara itu dengan Georgia.

Georgia menyatakan, perang itu dan pengakuan Moskow terhadap wilayah-wilayah tersebut sebagai negara merdeka merupakan pencaplokan atas wilayah kedaulatannya.

Pada 27 Agustus 2009, Presiden Rusia Dmitry Medvedev menegaskan bahwa Moskow tidak akan pernah membatalkan keputusannya mengakui Abkhazia dan Ossetia Selatan sebagai negara-negara yang merdeka dari Georgia.

Pasukan Rusia memasuki Georgia untuk mematahkan upaya militer Georgia menguasai lagi Ossetia Selatan pada 7-8 Agustus 2008. Perang lima hari pada Agustus itu meletus ketika Tbilisi berusaha memulihkan kekuasannya dengan kekuatan militer di kawasan Ossetia Selatan yang memisahkan diri dari Georgia pada 1992, setelah runtuhnya Uni Sovyet.

Georgia dan Rusia tetap berselisih setelah perang singkat antara mereka pada tahun 2008.

Ossetia Selatan dan Abkhazia memisahkan diri dari Georgia pada awal 1990-an. Kedua wilayah separatis itu bergantung hampir sepenuhnya pada Rusia atas bantuan finansial, militer dan diplomatik.

Georgia tetap mengklaim kedaulatan atas kedua wilayah tersebut dan mendapat dukungan dari Barat.

Pengakuan Moskow atas kemerdekaan kedua wilayah itu menyulut kecaman dari Georgia dan banyak negara Barat.

Rusia meresmikan pengakuannya atas kemerdekaan kedua wilayah Georgia yang memisahkan diri itu, Ossetia Selatan dan Abkhazia, pada 16 Januari 2009 ketika Presiden Dmitry Medvedev menerima duta-duta besar pertama mereka yang bersanding sejajar dengan para duta besar dari negara anggota NATO.

Nikaragua adalah negara pertama setelah Rusia yang memberikan "pengakuan penuh" kepada republik-republik Abkhazia dan Ossetia Selatan sebagai "anggota baru komunitas negara merdeka dunia".

Venezuela pada 10 September 2009 juga memberikan pengakuan penuh atas kemerdekaan kedua wilayah separatis Georgia itu.

Nauru, sebuah negara pulau kecil di kawasan Pasifik, mengikuti jejak Rusia mengakui kedua repubik itu sebagai negara-negara merdeka, demikian AFP melaporkan.

0 komentar:

Posting Komentar