Presiden Barak Obama |
Reaksi yang muncul setelah pidato Obama mengenai Timur Tengah membuat anggota Partai Demokrat berusaha keras untuk menenangkan masyarakat Yahudi, sementara Presiden AS itu bersiap mencalonkan diri lagi untuk masa jabatan kedua di Gedung Putih.
Obama pada Kamis (19/5) menyerukan berdirinya negara baru Palestina yang menghormati perbatasan 1967, sehingga Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberitahu dia dengan tegas visinya mengenai cara mewujudkan perdamaian Timur Tengah tak masuk akal.
"Ia berusaha mengurangi kekuatan perundingan Israel dan saya mengutuk dia untuk itu," kata mantan wali kota New York Ed Koch kepada Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Ahad.
Koch mengatakan ia mungkin takkan berkampanye atau memberi suara buat Obama jika Partai Republik mengajukan calon yang pro-Israel dan menawarkan pilihan bagi langkah anggaran baru-baru ini yang didukung anggota Partai Republik di Kongres.
Koch menyumbang 2.300 dolar AS buat kampanye Obama pada 2008, demikian fail di Komisi Pemilihan Umum Federal.
"Saya percaya Obama, yang dulu andalah Senator, akan sebaik John McCain berdasarkan pernyataannya saat itu dan berdasarkan dukungannya buat Israel. Saya terbukti keliru," katanya.
Kendati ada reaksi keras terhadap pidato Obama, sebagian pengulas menyatakan pembicaraan mengenai perbatasan 1967 bukan masalah baru.
"Ini telah jadi gagasan dasar selama sedikitnya 12 tahun. Ini lah yang dibicarakan Bill Clinton, Ehud Barak dan Yasser Arafat di Camp David, dan belakangan, di Taba," tulis Jeffrey Goldberg di jejaring The Atlantic.
"Ini lah yang dibicarakan George W. Bush dengan Ariel Sharon dan Ehud Olmert. Jadi, apa sih masalahnya?"
Jajak pendapat di luar tempat pemungutan suara dalam pemilihan umum 2008 memperlihatkan 78 persen Yahudi pemberi suara memilih Obama dari pesaingnya Senator John McCain dari Partai Republik.
"Saya telah berbicara dengan banyak orang dalam dua hari belakangan --mantan pendukung-- yang sangat kecewa dan merasa diasingkan," kata multi-jutawan pengembang real estate dan penerbit Mortimer Zuckerman.
"Ia akan mendapat lebih sedikit dukungan politik, lebih sedikit pegiat buat kampanyenya, dan saya yakin itu akan berkembang ke dukungan keuangan juga," katanya.
Zuckerman mendukung Obama selama pencalonan dirinya dalam pemilihan umum 2008 dan harian miliknya, New York Daily News, mensahkannya sebagai presiden.
Sementara itu, kantor kampanye kembali Obama di Chicago berusaha meremehkan reaksi mengenai perubahan pendirian AS mengenai Israel, demikian Reuters melaporkan.
0 komentar:
Posting Komentar