Jenewa (ANTARA News) - Seorang utusan PBB mengkonfirmasi Senin bahwa rekaman video yang menunjukkan pasukan Sri Lanka mengeksekusi gerilyawan Macan Tamil asli dan tindakan itu merupakan "kejahatan perang pasti".

"Apa yang tercermin dalam video panjang itu adalah kejahatan urutan tertinggi -- kejahatan perang pasti," kata Christof Heyns, pelapor khusus PBB mengenai eksekusi sewenang-wenang tanpa proses hukum, demikian AFP melaporkan.

"Saya yakin kasus pemandangan pertama kejahatan internasional serius telah terekam dalam video yang telah saya teliti," katanya kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

"Penyelidikan kini harus dilakukan di tingkat lebih tinggi, baik internasional maupun domestik," lanjutnya.

Heyns meneliti sebuah rekaman video yang diberikan oleh televisi Saluran Empat Inggris, yang menyiarkan cuplikan-cuplikan rekaman itu pada 25 Agustus 2009.

Setelah penyiaran rekaman itu, pendahulu Heyns, Philip Alston, menyelidiki keabsahan tayangan tersebut, yang dibuat pada tahap-tahap akhir ofensif militer Sri Lanka untuk menumpas separatis Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE).

Alston menyimpulkan pada 7 Januari 2010, cuplikan-cuplikan itu asli. Namun, hasil temuan tersebut ditolak oleh pemerintah Sri Lanka.

Senin, Heyns mengajukan hasil temuannya sendiri mengenai versi panjang video itu -- waktu tayang lima menit -- dan menarik kesimpulan yang sama dengan pendahulunya.

Hasil penyelidikannya itu didasari pada temuan ahli pathologi forensik, dua analis video forensik, serta ahli senjata api.

Menurut perkiraan PBB, sedikitnya 7.000 warga sipil tewas dalam ofensif final pasukan Sri Lanka terhadap Macan Tamil yang dikalahkan dua tahun lalu.

Sri Lanka membantah segala tuduhan kejahatan perang dan menolak seruan-seruan bagi penyelidikan internasional.

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei 2009 mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. Mayoritas penduduk Sri Lanka adalah warga Sinhala.