Pangeran Turki al-Faisal |
Surat kabar Guardian mengutip Pangeran Turki al-Faisal, mantan kepala dinas intelijen Arab Saudi dan duta besar untuk Washington serta Inggris, saat ia berbicara dengan para pejabat NATO awal Juni dalam pertemuan yang tak disebarkanluaskan di satu pangkalan udara Inggris.
Pangeran Turki tak menjabarkan apa kebijakan tersebut, tapi Guardian dengan mengutip seorang pejabat Arab Saudi yang tak disebutkan jatidirinya melaporkan pangeran itu mengatakan senjata nuklir Iran akan memaksa negara di Jazirah Arab tersebut untuk mengembangkan senjata nuklirnya sendiri.
"Kami tak bisa hidup dalam situasi Iran memiliki senjata nuklir dan kami tidak ... Jika Iran membuat senjata nuklir, itu kami takkan dapat menerima itu dan kami harus mengikuti tindakan tersebut," kata pejabat itu, yang dikutip Guardian --sebagaimana dilaporkan Reuters, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis.
Iran menyatakan program nuklirnya bertujuan damai, tapi Arab Saudi, negara lain di Teluk, Israel dan Barat khawatir Republik Islam itu sedang berusaha membuat senjata nuklir.
Rabu pagi (29/6), Inggris menuduh Iran melakukan percobaan terselubung satu rudal yang dapat membawa hulu ledak nuklir, dalam pelanggaran terhadap satu resolusi PBB. Namun Teheran segera membantah tuduhan itu.
Arab Saudi, negara Sunni, dan tetangganya di Teluk, yang juga berfaham Sunni, memandang Iran --negara Syiah-- dengan sikap curiga, dan menuduh negara Persia tersebut mencampuri urusan di Jazirah Arab guna meningkatkan pengaruhnya. Lagi-lagi Iran membantah tuduhan itu.
Editor y Fatryani Auly
0 komentar:
Posting Komentar