FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Sabtu, 25 Juni 2011

AS Imbau Keselamatan Bagi Pengungsi Myanmar

Peta Myanmar
Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat Jumat menyerukan perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak di daerah etnis minoritas Myanmar utara dan memperbarui imbauan untuk mengakhiri permusuhan.

"Amerika Serikat prihatin terhadap kekerasan yang kini berlangsung di negara bagian Kachin utara (Myanmar) dan wilayah-wilayah lain di negara itu serta menyerukan untuk menghentikan permusuhan," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland.

"Kami sangat prihatin dengan laporan pelanggaran hak asasi manusia di daerah tersebut, termasuk laporan dari para korban, perkosaan, dan perpindahan ribuan warga setempat," katanya dalam sebuah pernyataan.

Pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan pemberontak dimulai dua pekan lalu di dekat proyek PLTA besar yang sedang dibangun di negara bagian Kachin untuk memasok listrik kepada China, dan sejak itu menyebar ke wilayah utara negara bagian Shan tetangganya.

Para pemberontak Tentara Kemerdekaan Kachin mengatakan bahwa ribuan orang telah menyeberang ke China selama pertempuran.

Pihaknya meminta mediasi dari Beijing, salah satu sekutu terdekat pemerintah yang didukung militer Myanmar.

"Kami mendesak semua pihak yang berwenang untuk memastikan, sesuai dengan standar internasional, dukungan yang memadai, keamanan, dan perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari konflik di utara," kata Nuland.

"Kekerasan saat ini menggarisbawahi perlunya dialog inklusif antara pemerintah Myanmar dan oposisi serta kelompok etnis minoritas untuk memulai proses rekonsiliasi nasional yang sejati," katanya dalam sebuah pernyataan.

Myanmar juga dikenal sebagai Burma.

Pemerintah Presiden Barack Obama pada 2009 membuka dialog dengan Myanmar, menyimpulkan bahwa upaya untuk mengisolasi rezim tersebut telah gagal.

Tetapi Amerika Serikat telah berulang kali menyuarakan kekecewaan terhadap lambatnya kemajuan Myanmar dalam demokrasi, hak asasi manusia dan keprihatinan utama lainnya.

Editor by Fatryani Auly

0 komentar:

Posting Komentar