Mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra |
Namun jika Partai Puea Thai oposisinya memenangkan pemilu pekan ini, seperti tempat-tempat pemungutan suara mengindikasikan kemungkinan itu, mantan perdana menteri kontroversial itu musti mengecap kemenangan tersebut dari jauh, lapor AFP.
Dipecat melalui kudeta militer lima tahun lalu, mantan taipan itu tinggal mengasingkan diri di Dubai, setelah lari dari Thailand pada 2008 sebelum pengadilan menghukumnya secara in absentia dua tahun penjara karena korupsi.
Mantan PM berusia 61 tahun itu tetap menjadi idola bagi banyak pemilih di pedesaan dan kelas pekerja karena kebijakan-kebijakan populisnya selagi berkuasa, namun dibenci oleh elit penguasa yang memandang dia korup dan ancaman terhadap monarkhi yang dihormati.
"Orang yang berpikir bahwa kudeta 2006 akan menjadi penggelontor di toilet bagi Thaksin adalah sama sekali salah," menurut pakar Thailand Paul Chambers.
Partai-partai yang terkait dengan Thaksin, mantan pemilik klub sepak bola Manchester City, telah memenangkan kebanyakan kursi dalam empat pemilu silam, namun pengadilan memutarbalikkan hasil di dua tempat pemungutan suara terakhir, membuat marah para pendukungnya.
Kini dia dipandang sebagai kekuatan pendorong di belakang Puea Thai, yang calon perdana menterinya adalah tak lain daripada adik perempuannya Yingluck Shinawatra.
Namun tidak semua keluarga senang dengan upaya Thaksin untuk kembali menjadi pusat perhatian politik.
"Ayahnya tidak akan mendukung dia jika dia masih hidup," kata bibi Thaksin yang berusia 82 tahun Taowan Shinawatra kepada AFP dalam sebuah wawancara di rumahnya di Thailand bagian utara, seraya mengatakan dia harus tetap di bisnis.
"Kami sudah cukup seperti ini. Kami tidak butuh masuk politik. Orang yang masuk politik tidak dapat melepaskan prestise. Dia terobsesi dengannya."
Banyak orang berpikir Thaksin akan terus mengendalikan jika oposisi menang, dan slogan kampanyenya -- "Thaksin berpikir, Puea Thai menjalankan" -- tampaknya akan meninggalkan sedikit keraguan.
Jauh dari mencoba untuk mengabaikan dia, Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva telah membuat rivalnya tema pokok pertarungan pemilunya sendiri, mendesak para pemberi suara "untuk menyingkirkan racun Thaksin."
Mantan perdana menteri itu tetap menjadi figur pemecah belah di Thailand, dimana dia menghadapi setumpuk tuduhan kriminal termasuk terorisme -- tuduhan terkait protes massa opposisi oleh para pendukungnya "Kaos Merah" tahun lalu yang berubah mematikan.
Jika didapati bersalah, dia kemungkinan secara teori menghadapi hukuman mati.
Opposisi telah mengusulkan amnesti bagi politisi yang dihukum jika menang pemilu -- suatu langkah yang nampaknya dimaksudkan untuk membawa pulang Thaksin.
Namun banyak yang meragukan para elit yang berbasis di Bangkok di pemerintahan, militer dan kalangan istana akan membiarkan dia pulang sebagai orang bebas.
"Saya tidak yakin Thaksin akan pulang ke Thailand segera. Saya pikir jika pulang, hal itu akan menjadi lampu hijau untuk kemungkinan kudeta," kata Chambers, seorang profesor riset di Universitas Payap di Thailand utara.
Lahir dari salah satu keluarga etnis China paling terkemuka di provinsi Chiang Mai bagian utara, Thaksin, yang ayahnya juga seorang politisi, berhenti dari karir singkat di kepolisian untuk belajar di Amerika Serikat.
Dia kemudian membangun raksasa telekom Shin Corp dan pada 1998 masuk politik ketika dia membidani partai politiknya sendiri, Thai Rak Thai (rakyat Thailand mencintai Thailand).
Dia terpilih sebagai perdana menteri pada 2001 -- menjadi perdana menteri pertama negara itu yang menyelesaikan masa baktinya secara penuh -- dan terpilih kembali empat tahun kemudian untuk menciptakan partai pemerintah tunggal pertama Thailand dalam tujuh dekade.
Di kota kelahiran keluarga Shinawatra Sankamphaeng, terkenal karena suteranya yang halus, anak laki-laki yang dulu biasa menjual kopi dan es krim di toko ayahnya masih menjadi pahlawan bagi banyak orang.
"Dia anak yang baik, sangat baik," kata penjaja keliling pasar berusia 79 tahun Somjit Suwanthip. "Dia membantu negara. Saya ingin melihatnya pulang."
Juga saudaranya, Thaksin juga memiliki seorang keponakan perempuan yang menjadi calon anggota parlemen di Thailand utara dan seorang anak yang menduduki pimpinan sebuah kelompok media, Voice TV, yang memberikan keterkenalan bagi aktivitas politik keluarga tersebut.
Mantan taipan, yang menegaskan dia tidak punya ambisi untuk memimpin Thailand lagi, menggambarkan saudari perempuannya sebagai "klone"-nya -- sebuah penggambaran yang dikatakannya menggarisbawahi kesamaan pemikiran mereka.
"Kami sama dalam pengertian bahwa saya telah belajar dari dia di bisnis dan saya mengerti visinya, bagaimana dia memecahkan masalah dan cara dia membangun segala sesuatu dari awal," kata Yingluck kepada AFP dalam jejak kampanyenya.
Dia tidak merahasiakan upayanya untuk mengikuti jejak saudara laki-lakinya.
Dalam suatu kampanye yang ditata dengan hati-hati, dia memulai kampanyenya dengan bertanya kepada kerumunan: "Saya tidak tahu seberapa besar anda mencintai Thaksin. Namun dapatkan anda membagi cinta ini untukku, adik perempuannya?"
Editor by Fatryani Auly
0 komentar:
Posting Komentar