Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy |
Dilansir dari laman The Guardian, Senin, 27 Juni 2011, Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, mengatakan moratorium tersebut tidak masuk akal. Dia mengatakan nuklir adalah salah satu sumber energi alternatif penting yang dibutuhkan Prancis saat ini.
"Belum ada alternatif energi lain yang bisa menggantikan nuklir. Untuk itulah, kami akan menganggarkan 1 miliar euro untuk program nuklir generasi keempat Prancis," ujar Sarkozy.
Selain itu, tambah dia, Prancis juga telah menanamkan investasi sebesar 1,3 miliar euro (Rp16 triliun) untuk riset keamanan nuklir dan pencarian energi terbarukan lainnya.
Langkah Prancis ini dinilai menentang trend di Eropa yang mulai meninggalkan teknologi nuklir, menyusul bencana pada reaktor di Jepang. Jerman dilaporkan akan mulai melucuti teknologi nuklirnya hingga tahun 2022. Swiss juga akan menghentikan nuklirnya pada 2034.
Pengujian keamanan reaktor juga akan dilakukan di 143 instalasi nuklir di 27 negara Uni Eropa. Langkah ini diambil menyusul ditemukannya fakta bahwa instalasi Fukushima tidak memenuhi standar keamanan yang telah ditetapkan.
Sarkozy mengatakan nuklir Prancis tidak akan mengalami hal yang sama. Prancis, imbuhnya, telah selangkah lebih maju dari beberapa negara lainnya di dunia dalam hal keamanan teknologi nuklir.
"Pembangkit listrik tenaga nuklir kami lebih mahal karena lebih aman," ujarnya.
Saat ini di Prancis terdapat 58 reaktor nuklir yang memasok energi listrik sebesar 74 persen di seluruh negeri. Hal ini menjadikan Prancis sebagai negara yang menggunakan tenaga nuklir terbesar di dunia.
Editor by Fatryani Auly
0 komentar:
Posting Komentar