Islamabad (ANTARA News) - Seorang wartawan Pakistan yang hilang dua hari lalu dari ibu kota Islamabad ditemukan tewas di Pakistan timur, dalam kasus yang mungkin akan menghidupkan kembali perdebatan mengenai kebebasan pers di negara itu.

Polisi Selasa mengatakan ada tanda penyiksaan pada tubuh wartawan itu, Saleem Shahzad, yang bekerja untul media online Asia Times Hong Kong dan kantor berita Italia Adnkronos International.

Ali Dayan Hasan, wakil Pakistan untuk Human Rights Watch, menuturkan Shahzad telah mengatakan padanya bahwa ia telah diancam oleh badan intelijen militer Pakistan.

"Ia mengatakan pada saya telah diikuti dan bahwa ia mendapat telpon yang mengancam dan bahwa ia mendapat pengawasan intelijen," katanya pada Reuters.

"Kami tidak bisa mengatakan tentu saja siapa yang telah membunuh Saleem Shahzad. Tapi apa yang kami dapat katakan adalah bahwa Saleem Shahzad telah mendapat ancaman serius dari ISI (Inter-Services Intelligence) dan Human Rights Watch memiliki tiap alasan untuk yakin bahwa ancaman itu dapat dipercaya."

Intelijen Pakistan dan pejabat-pejabat militer tidak dapat dihubungi dengan segera untuk dimintai komentar.

Shahzad, ayah tiga anak berusia 40 tahun, hilang ketika menuju ke sebuah stasiun televisi untuk ikut serta dalam acara talk show.

"Jenasahnya ditemukan oleh warga Senin malam di pinggir sebuah terusan kecil," Daar Ali Khattak, kepala polisi kota Mandi Bahauddin, tempat jenasah Shahzad ditemukan, mengatakan pada Reuters.

"Ada bebarapa memar di tubuhnya," katanya tanpa memberikan perincian lagi.

Pejabat polisi lainnya, Mohammad Aslam, mengatakan: "Ada tanda penganiayaan pada dahinya."


Kritik

Pakistan memiliki media yang beterus-terang, yang menjamur dalam beberapa tahun belakangan ini. Mereka sering menyerang pemerintah. Tapi kritik media pada militer jarang terjadi di negara Asia selatan, sekutu strategis Amerika Serikat itu.

Beberapa wartawan Pakisan telah ditemukan tewas dalam keadaan yang sama, sehingga memicu protes wartawan dan organisasi pers.

Beberapa wartawan juga telah dibunuh oleh yang diduga militan di daerah duku di bagian baratlaut, pusat militansi di Pakistan.

Hasan mengatakan Human Rights Watch telah meminta penyelidikan terhadap kematian Shahzad, yang mengikuti secara dekat masalah keamanan dan militansi di Pakistan.

Ia telah menulis kisah yang menyatakan bahwa Al Qaida telah melakukan serangan yang berani terhadap pangkalan angkatan laut Pakistan di kota Karaci di Pakistan selatan, dimana 10 orang tewas, dan memberi kesan bahwa beberapa pejabat angkatan laut diduga memiliki hubungan dengan Al Qaida.

"Ia telah dincam beberapa kali dan kami telah memintanya untuk berhati-hati ketika menulis laporan berita. Tapi ia senantiasa mengatakan `Saya siap untuk itu`," kata Zafar Mehmood, seorang teman dekat Shahzad.

"Itu ancaman pada profesi wartawan. Itu ancaman pada bangsa, pada negara. Kami mengutuknya dengan keras."