|
Ehud Barak |
JERUSALEM, (Fokus Internasional / KOMPAS.com) — Israel mencoba menurunkan ketegangan seputar spekulasi serangan militer terhadap instalasi nuklir Iran dengan mengatakan belum ada operasi militer apa pun yang telah diputuskan. Langkah Israel itu diambil setelah beberapa negara kekuatan utama di Eropa menyuarakan penolakan terhadap opsi operasi militer.
Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak menegaskan, Pemerintah Israel hingga saat ini belum memutuskan untuk menggelar operasi militer terhadap Iran. ”Perang bukan piknik. Kami menginginkan piknik. Kami tak ingin perang,” kata Barak kepada
Radio Israel, Selasa (8/11/2011).
Barak juga membantah laporan ”delusional” media Israel yang menunjukkan seolah-olah dia dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memutuskan memilih jalan kekerasan untuk melawan Iran.
Spekulasi serangan militer terhadap Iran ini sempat memanas setelah Presiden Israel Shimon Peres mengatakan di beberapa media Israel akhir pekan lalu bahwa operasi militer untuk menghentikan program nuklir Iran makin mendekati kenyataan. Pernyataan Peres langsung memicu berbagai reaksi dari beberapa negara Eropa.
Retorika berbahaya
Rusia melalui Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov terang-terangan menyebut operasi militer terhadap Iran akan menjadi ”kesalahan sangat serius”. Keberatan Rusia terhadap jalan kekerasan untuk menyelesaikan persoalan program nuklir Iran ini kembali disampaikan Presiden Dmitry Medvedev saat berkunjung ke Berlin, Jerman, Selasa.
Medvedev menyebut ancaman Israel untuk menyerang Iran adalah sebuah ”retorika berbahaya” yang bisa menimbulkan ”malapetaka”. ”Terkait dengan pernyataan militan bahwa Israel atau pihak lain siap menggunakan kekerasan terhadap Iran atau negara lain di Timur Tengah, itu adalah retorika yang sangat berbahaya,” ujar Medvedev dalam konferensi pers bersama Presiden Jerman Christian Wulff.
Medvedev mendesak semua pihak untuk menahan diri dan memperingatkan bahwa kekerasan dalam bentuk apa pun bisa berujung pada konflik besar yang akan menjadi malapetaka bagi Timur Tengah.
Pernyataan senada disampaikan Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle. Dalam wawancara dengan surat kabar
Hamburger Abendblatt, Westerwelle mengatakan, debat mengenai serangan militer terhadap Iran berbahaya dan justru hanya akan memperkuat Pemerintah Iran saat ini.
”Saya peringatkan untuk tidak mengangkat gagasan tentang opsi-opsi militer ini. Ini adalah debat yang hanya akan memperkuat pemerintahan Iran daripada melemahkan mereka,” ucap Westerwelle.
Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppe menambahkan, operasi militer terhadap Iran akan menyebabkan kerusakan yang tak bisa diperbaiki lagi. Juppe mengaku Perancis sangat khawatir dengan potensi militerisasi program nuklir Iran yang bisa membahayakan stabilitas keamanan kawasan, tetapi juga tidak mendukung operasi militer.
Bukti baru
Segala debat soal serangan militer terhadap Iran ini terjadi menjelang pengumuman laporan terbaru Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) mengenai perkembangan program nuklir Iran. Beberapa diplomat Barat yang sudah melihat isi laporan itu mengatakan, ada bukti-bukti baru yang mengindikasikan Iran sedang mengembangkan senjata nuklir dengan kedok program nuklir untuk tujuan sipil. Iran disebut mulai menguasai teknologi pembuatan senjata nuklir dengan bantuan beberapa ilmuwan dari Rusia, Korea Utara, dan Pakistan.
Para diplomat yang dikutip
Associated Press (AP) mengatakan, ada bukti-bukti yang menunjukkan Iran sudah membuat model komputer sebuah hulu ledak nuklir. Ada pula citra satelit yang diyakini IAEA sebagai kotak baja berukuran besar yang biasa digunakan untuk uji coba senjata nuklir.
Segala cara
Juppe mengatakan, jika laporan IAEA yang akan dipublikasikan secara resmi Rabu ini benar-benar menunjukkan indikasi pembuatan senjata nuklir oleh Iran, Perancis akan mendukung sanksi baru dari PBB terhadap Iran. Meski demikian, Perancis akan mencegah aksi militer.
”Posisi Perancis sangat jelas, jika kita perlu memberikan sanksi, kami siap. (Tetapi) saya pikir kami harus melakukan segala cara untuk menghindari kerusakan yang tak bisa diperbaiki yang akan ditimbulkan oleh aksi militer,” tandas Juppe.
Iran sendiri kembali membantah bocoran laporan tersebut. Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi mengatakan, pihak Barat dan AS ingin menerapkan tekanan terhadap Iran tanpa bukti dan argumentasi yang kuat. ”Tak ada bukti serius bahwa Iran akan membuat hulu ledak nuklir,” kata Salehi.
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menambahkan, Iran tak butuh senjata nuklir untuk menghadapi AS. ”Mereka seharusnya tahu, kami tak butuh bom (atom). Kami akan mengandalkan akal sehat dan logika,” tutur Ahmadinejad.