Brussels (Fokus/ANTARA News/AFP) - Mantan perdana menteri (PM) Libya, Mahmud Jibril, menyatakan prihatin dan kecemasannya berkaitan dengan kebijakan negara Barat meninggalkan Libya pasca-ambruknya pemerintahan Muamar Gaddafi.
"Adalah satu kesalahan fatal meninggalkan Libya," kata Jibril dalam satu forum yang diselenggarakan institut kebijakan publik German Marshall Fund dari Amerika Serikat (AS), Sabtu (24/3)
Ia menimpali, "Ketika pemerintah itu ambruk, negara itu juga ambruk. Ketika rezim itu ambruk, semua orang menghilang."
Jibril mundur Oktober 2011, setelah menjadi perdana menteri sementara di bawah kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional.
Libya, dengan hanya institusi-institusi negara yang dalam persiapan, akan menghadapi periode pasca-konflik yang rumit, dan proklamasi sepihak kemerdekaan para tokoh di Libya timur menimbulkan kembali kekhawatrian terpecahnya negara itu.
Negara-negara Barat juga cemas akan pengaruh kelompok garis keras Islam di Libya.
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa (EU) Catherine Ashton, yang menghadiri forum itu tidak sependapat dengan pernyataan Jibril itu, mengatakan bantuan pembangunan "tidak pernah cukup, dan tidak pernah cepat, kami tidak pernah ragu bahwa kami dapat melakukannya dengan dengan lebih baik tetapi komitmen itu sangat diperlukan di sana."
Editor : Jendri Frans Mamahit
Daftar Jenderal Asing SS
4 bulan yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar