FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Kamis, 29 September 2011

Srinagar, India (Fokus Internasional) - Sembilan orang tewas dalam bentrokan sengit di Kashmir India, kata militer dan polisi India, Rabu, di tengah kekhawatiran bahwa eksekusi terhadap seorang militan terpidana bisa menyulut kerusuhan lebih lanjut.

Lima militan, dua polisi dan seorang letnan angkatan darat tewas dalam bentrokan yang meletus Senin dan berlanjut pada Rabu, kata juru bicara militer J.S. Brar, dengan menambahkan bahwa bentrokan itu terjadi di distrik Kupwara, yang berbatasan dengan Kashmir Pakistan.

"Itu merupakan daerah pegunungan berhutan lebat yang tidak berpenduduk dan memiliki tebing-tebing curam," kata Brar kepada AFP.

Dalam insiden terpisah, gerilyawan menembak mati seorang polisi dalam jarak dekat di Srinagar, ibu kota musim panas Kashmir India.

"Polisi itu sedang bertugas jaga ketika militan menyerangnya," kata seorang juru bicara kepolisian, dan aparat kini memburu para pelaku serangan tersebut.

Kekerasan itu terjadi ketika proses permohonan pengampunan bagi Afzal Guru, yang dinyatakan bersalah merencanakan serangan terhadap parlemen India pada Desember 2001, dihentikan.

Serangan itu menewaskan 15 orang, termasuk lima penyerang, dan membuat India dan Pakistan berada di ambang perang lagi. Guru bersikeras bahwa ia tidak terlibat dalam serangan itu.

Anggota parlemen independen Abdul Rashid mengatakan, eksekusi Guru bisa menimbulkan "konsekuensi serius" bagi situasi politik di Kashmir, dimana protes-protes besar menentang vonis hukumannya telah digelar di masa silam.

Pemimpin separatis Syed Ali Geelani juga memperingatkan New Delhi mengenai kerusuhan besar jika Guru dieksekusi.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.
Washinhton (Fokus Internasional) - Departemen keuangan Amerika Serikat mengatakan, Rabu, mereka telah mendaftarhitamkan dua pejabat Lashkar e Taiba, salah satu kelompok gerilyawan Islam terbesar di Asia Selatan.

Tindakan itu berarti bahwa warga AS akan dilarang berurusan dengan Zafar Iqbal atau Hafiz Abdul Salam Bhuttavi, dan aset mereka yang ditemukan di AS akan dibekukan, kata departemen tersebut.

Lashkar e Taiba, atau LeT, dibentuk pada 1990 dan telah lama memusatkan perhatian untuk memerangi pemerintah India di Kashmir. Kelompok itu dipersalahkan atas serangan terkoordinasi di ibu kota keuangan India, Mumbai, pada November 2008 yang menewaskan 166 orang.

AS telah menunjuk LeT -- Tentara Bersih -- sebagai "organisasi teroris asing". Pakistan telah melarang kelompok itu pada 2002, tapi beberapa pengkritik mengatakan kelompok itu telah lama beroperasi secara terbuka dengan nama yang berbeda-beda.

Departemen keuangan mengatakan Iqbal adalah pemimpin dan pendiri bersama dan mengurusi bagian keuangannya, sementara Bhuttavi membantu mempersiapkan mata-mata untuk serangan Mumbai 2008.

"Pada 20 tahun terakhir, Iqbal dan Bhuttavi bertanggungjawab atas pengumpulan dana, perkrutan dan indoktrinasi mata-mata," kata David Cohen, wakil menteri keuangan untuk terorisme dan intelijen keuangan.
Kabul (Fokus Internasional) - Delapan polisi Afghanistan tewas Rabu ketika gerilyawan Taliban yang tampaknya dibantu oleh orang dalam menyerang pos mereka di Afghanistan selatan, kata seorang pejabat.

Daud Ahmadi, juru bicara pemerintah daerah provinsi Helmand, menuduh kelompok militan itu melakukan pembunuhan tersebut namun mengatakan, mereka memperoleh bantuan dari sedikitnya satu polisi yang bersekongkol dalam serangan itu.

"Penyerang dibantu oleh satu polisi yang kini melarikan diri bersama senjatanya," kata Ahmadi kepada AFP, menunjuk pada serangan di distrik Nahri Sarraj di Helmand.

"Tiga polisi lain terluka dan satu informan Taliban, kaki-tangan Taliban, melarikan diri bersama penyerang," tambah Ahmadi.

Selasa, lima orang tewas dalam serangan bom mobil bunuh diri di dekat kantor polisi di ibu kota provinsi Helmand, Lashkar Gah, dua bulan setelah pasukan Inggris menyerahkan kendali keamanan kepada pemerintah Afghanistan.

Ahad lalu, seorang prajurit AS tewas dan satu lagi cedera ketika seorang pegawai Afghanistan melepaskan tembakan ke arah bangunan tambahan di Kedutaan Besar AS di Kabul yang digunakan oleh CIA. Tidak diketahui apakah penembak adalah penyusup Taliban.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.