FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Selasa, 25 Oktober 2011

Petugas Memeriksa Penduduk Jepang
Berlin (Fokus Internasional / ANTARA News) - Jepang harus menggunakan masalah kesehatan mental yang tinggi menyusul kecelakaan nuklir Fukushima untuk merevolusi sikap kuno terhadap depresi di negara itu, kata seorang pejabat teras kesehatan Senin.

Berbicara pada KTT Kesehatan Dunia di Berlin, Shekhar Saxena, dari devisi kesehatan mental Organisasi Kesehatan Dunia, mengatakan aspek kesehatan akibat bencana alam cenderung diabaikan paska kejadian, lapor AFP.

"Perawatan kesehatan mental diperlukan bagi hampir setiap orang yang terdampak," kata Saxena kepada sekumpulan audiens di KTT itu. "Sayangnya, terjadi pengabaian."

Para pejabat sebelumnya memperingatkan telah terjadi peningkatan kasus depresi di sebuah negara dimana penyakit ini masih membawa stigma yang kebanyakan teratasi di Barat.

Baru kali ini wilayah perkotaan Jepang mulai mengatasi tabu seputar depresi, sebuah kondisi yang secara euphemistis dikenal sebagai "flu hati" di negara itu.

Sesudah bencana seperti kecelakaan nuklir Fukushima, prevalensi gangguan mental berat, seperti psikosis, meningkat dari dua hingga tiga persen populasi menjadi tiga hingga empat persen, kata Saxena.

Gangguan mental lebih ringan seperti depresi meningkat dari satu dalam setiap sepuluh orang menjadi satu dalam setiap lima orang, tambahnya.

Penanganan gangguan seperti itu paling baik dilakukan dalam komunitas daripada institusi medis, katanya, menjelaskan tentang pembongkaran sikap dan sistem di Jepang.

"Di Jepang, perawatan kesehatan mental kebanyakan dilakukan oleh institusi khusus sedangkan hal itu lebih efektif jika dilakukan di tingkat komunitas," katanya.

"Kami mengusulkan bagi Jepang untuk menggunakan kesempatan yang ditawarkan bencana tersebut untuk benar-benar mengubah sistem tersebut agar lebih berorientasi pada komunitas."

Gempa bumi 11 Maret memicu tsunami yang menghantam pantai timur laut Jepang, mengakibatkan 20.000 orang meninggal atau hilang dan memicu pelepasan radiasi dan ledakan di pembangkit listrik nuklir Fukushima Daiichi.

Kejadian tersebut merupakan bencana nuklir terburuk di dunia sejak pelepasan radiasi Chernobyl pada 1985 dan memicu banyak kekhawatiran menyangkut kesehatan, baik fisik maupun mental.


Editor : Jenry F.M
Sumber : Antara News.Com


http://www.antaranews.com/berita/281439/who-bencana-nuklir-jepang-untuk-reformasi-sistem-kesehatan

0 komentar:

Posting Komentar