FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Selasa, 14 Desember 2010

Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Empat orang tewas dan 17 cedera dalam serangan bom bunuh diri di dekat kelompok peziarah Syiah di daerah sebelah timurlaut Baghdad, Senin, beberapa hari sebelum perayaan Syiah.

Penyerang meledakkan rompi bom setelah seorang polisi menghentikannya mendekati kelompok orang Syiah itu di kota Balad Ruz, 90 kilometer timurlaut ibukota Irak tersebut, kata pusat operasi keamanan provinsi Diyala dan satu sumber kepolisian.

Pemboman itu terjadi menjelang Asyura, acara keagamaan Syiah memperingati kematian Hussein, cucu Nabi Muhammad, dalam perang Kerbala pada 680 Sesudah Masehi. Peristiwa itu menetapkan paham Syiah dan memperkuat perselisihan dengan Sunni.

Sehari sebelumnya, Minggu, serangan bom mobil bunuh diri menewaskan 13 orang dan melukai puluhan di dekat perkantoran pemerintah di kota berpenduduk mayoritas Sunni di Irak barat, Ramadi.

Sebelumnya bulan ini, serangkaian ledakan, dua diantaranya ditujukan pada peziarah Iran, menewaskan 13 orang dan mencederai sedikitnya 80.

Puluhan peziarah Syiah berkumpul bulan ini untuk memperingati Asyura, yang akan berlangsung pada Jumat.

Serangan terakhir itu juga terjadi ketika para pemimpin politik berusaha membentuk pemerintah baru.

Irak tidak memiliki pemerintah baru sejak pemilihan umum pada Maret dan kelompok-kelompok utama berselisih sebelum mencapai sebuah kesepakatan bulan lalu yang melibatkan semua partai.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki ditugasi secara resmi pada 25 November membentuk kabinet dan memiliki waktu 30 hari untuk menyerahkan daftar menteri sesuai dengan aturan konstitusi.

Pemboman Minggu dan Senin itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan setelah penarikan pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak, namun AS tetap melanjutkan penarikan pasukan dari negara itu.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan tahun ini, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, beberapa bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu.

0 komentar:

Posting Komentar