FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Kamis, 09 Desember 2010

Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat pada hari Selasa, mengakhiri tuntutannya agar Israel memperbarui moratorium permukiman Yahudi di Tepi Barat Sungai Jordan. Sikap itu membuat pembicaraan perdamaian Palestina-Israel berada dalam kekacauan yang lebih parah.

Presiden Barack Obama memimpin peluncuran kembali perundingan langsung di Washington pada September, tapi perundingan tersebut macet dalam waktu tiga pekan ketika moratorium permukiman Israel berakhir dan Palestina menolak untuk kembali ke meja perundingan.

Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS, Selasa, mengungkapkan  bahwa upaya selama tiga pekan untuk moratorium  permukiman baru sekaligus untuk  menghidupkan kembali pembicaraan perdamaian tak bergerak sama sekali.

"Kami telah mengejar moratorium sebagai cara menciptakan suasana untuk kembali ke perundingan yang berarti dan berkelanjutan," kata jurubicara Departemen Luar Negeri AS Philip Crowley kepada wartawan di dalam taklimat yang ditayangkan melalui televisi di New York City.

"Setelah upaya besar, kami telah menyimpulkan bahwa ini tidak menciptakan dasar yang kokoh untuk berusaha mencapai sasaran bersama kami mengenai kesepakatan kerangka kerja," kata Crowley.

Crowley menjanjikan upaya berkelanjutan guna berusaha dan melanjutkan proses perdamaian Timur Tengah dan mengatakan perundingan Palestina dan Israel akan mengunjungi Washington pekan depan untuk berusaha mencapai sasaran itu.

"Kami akan mengadakan pembicaraan lebih lanjut mengenai isinya dengan semua pihak, dan kami akan terus berusaha menemukan cara menciptakan sejenis kepercayaan yang akhirnya akan, kami harap, memungkinkan mereka berhubungan secara langsung," katanya.

Ia menyatakan kedua pihak akan saling berhubungan secara langsung dan bukan dalam pembicaraan yang diperantarai oleh para pejabat AS.

Pernyataan Crowley mengisyaratkan pembicaraan perdamaian Palestina-Israel telah kembali ke posisi pembicaraan tersebut pada Mei, ketika utusan AS George Mitchell memulai upaya ulang-alik antara kedua pihak dalam apa yang disebut "proximity", atau atau perundingan tidak langsung.

0 komentar:

Posting Komentar