Seoul (Fokus Internasional / ANTARA News) - Korea Utara, Ahad menuduh Amerika Serikat dan Israel terlibat dalam "hiruk pikuk perang" menyangkut program nuklir Iran, memperingatkan perang baru kemungkinan meletus di Timur Tengah.

Iran termasuk di antara negara-negara yang Korut pasok peralatan nuklir dan balistik yang dilarang dengan cara-cara tersembuyi untuk menghindari sanksi-sanksi internasional, kata satu laporan PBB tahun lalu.

Spekulasi meningkat dalam pekan-pekan belakangan ini bahwa Israel kemungkinan akan menyerang Iran, dengan Presiden Israel Shimon Peres akhir pekan lalu memperingatkan bahwa satu serangan "kemungkinan besar" akan dlakukan.

"Satu situasi berbahaya kini terjadi di Timur Tengah di mana perang baru mungkin berkobar," kata kantor berita resmi Pyongyang KCNA (Korean Central News Agency) dalam satu komentar.

KCNA mengecam Amerika Serikat dan Israel atas "pernyataan terbuka rencana mereka bagi serangan milter" terhadap Iran.

"Hiruk pikuk perang yang ditunjukkan AS dan Israel adalah satu perbuatan yang sangat berbahaya yang mungkin mencetuskan bencana perang baru di kawasan Timur Tengah,setelah perang-perang di Afghanistan dan Irak dalam abad ini," kata komentar itu.

Teheran mengancam akan memukul balik setiap serangan atau ancaman bagi aksi militer.

Iran membantah bahwa program nuklirya bertujuan untuk memproduksi senjata-senjata nuklir. Badan Tenaga Atom Internasional mengatakan ada alasan-alasan "yang dapat dipercaya" untuk meragukan bantahan-bantahan Iran itu.

Iran dan Korea Utara terkena sanksi-sanksi PBB karena program-program nuklir mereka.

Perundingan enam negara mengenai perlucutan senjata nuklir Korut mengalami kemacetan sejak sidang terakhir Desember 2008.

Korut secara resmi mundur dari forum enam negara itu pada April 2009, sebelum melakukan uji coba senjata-senjata nuklirnya.

Sejak itu Pyongyang berulang-ulang mengatakan pihaknya ingin kembali berunding tetapi tanpa prasyarat, sementara Washington dan sekutu-sekutunya mengatakan Pyongyang harus terlebih dulu melakukan tindakan untuk menunjukkan ketulusannya, demikian AFP.