(ANTARA News/Reuters) - Hasil-hasil sementara dari referendum Sudan Selatan menunjukkan bahwa hampir 99 persen pemilih memilih merdeka, kata laman internet komisi refrendum itu, Ahad setelah 98,7 persen suara dihitung.

Referendum itu diselenggarakan sesuai dengan perjanjian perdamaian Sudan Utara-Selatan tahun 2005, yang mengakhiri perang saudara paling lama di Afrika.

Keputusan bagi pemisahan diri itu telah diduga karena ketegangan yang meningkat antara wilayah utara yang berpenduduk mayoritas Muslim dan wilayah selatan yang berpenduduk mayoritas Kristen dan penganut kepercayaan tradisionil.

"Sampai sekarabg, 100 persen suara dari Utara dan (luar negeri) dan 98,7 persen dari Selatan telah dihitung," catat laman internet komisi itu.

Hasil-hasil sementara dan belum lengkap menunjukkan 98,81 persen pemilih menginginkan merdeka, katanya, mengkonfirmaikan hasil sebelumnya.

Surat-surat suara itu harus dikirim ke markas besar komisi itu di Khartoum untuk diperiksa sebelum hasil-hasil sementara diumumkan dalam sepekan. Wilayah Selatan akan mendeklarasikan kemerdekaan pada 9 Juli.

Masih belum diputuskan bagaimana kedua pihak itu akan menyelesaikan masalah ekonomi , pembagian kekayaan minyak dan demarkasi perbatasan.

Sengketa menyangkut daerah Abyei Sudan tengah merupakan hambatan penting karena kedua pihak mengklaim daerah itu,tempat terjadinya bentrokan-bentrokan berdarah antara suku-suku selama referendum sepekan bulan ini.

Sebagian besar pengamat yakin baik Utara maupun Selatan tidak ingin terjadi kembali perang besar. Anggaran Selatan 98 persen berasal dari minyak, sebagian besar diproduksi di Selatan, tetapi disuling, diangkut dan diurus oleh utara.

Kedua pihak menggunakan milisi sewaan yang dapat memprovokasi bentrokan lebih luas.

Perang saudara antara Utara dan Selatan, yang dipicu oleh pertikaian menyangkut minyak, ideologi, etnik dan agama menewaskan sekitar dua juta orang dan mebuat tidak aman sebagain besar negara Afrika timur itu