(ANTARA News) - Presiden Mesir Hosni Mubarak mengatakan dalam wawancara dengan televisi ABC, Kamis, ia ingin meninggalkan kekuasaan namun khawatir akan terjadi kekacauan jika ia berhenti.
Pemimpin Mesir itu menyatakan "telah bosan menjadi presiden dan ingin pergi sekarang, namun tidak bisa, karena khawatir negara akan tenggelam ke dalam kekacauan", kata wartawan ABC Christiane Amanpour setelah wawancara mereka selama 20 menit di Kairo.
"Saya tidak peduli apa kata orang tentang saya. Saat ini yang saya pedulikan adalah negara saya, saya peduli Mesir," kata Mubarak, ketika protes keras menentang kekuasaannya sedang memasuki hari kesepuluh.
Pemimpin kawakan itu menambahkan, "Saya sangat tidak senang dengan yang terjadi kemarin. Saya tidak ingin melihat orang Mesir berperang satu sama lain."
Seorang dokter di klinik darurat yang merawat korban menyatakan, Kamis, 10 orang tewas selama bentrokan antara pendukung dan penentang pemerintah Mesir di sebuah lapangan di Kairo pada Rabu.
Menteri kesehatan mengatakan sebelumnya bahwa enam orang tewas dan lebih dari 800 cedera dalam bentrokan itu.
Ikhwanul tolak berunding
Sementara itu, kelompok oposisi utama Mesir Ikhwanul Muslimin hari Kamis menolak tawaran dialog yang disampaikan pemerintah.
"Ikhwanul Muslimin secara pasti menolak tegas setiap dialog dengan rejim," kata juru bicara Mohammed Mursi dalam sebuah pernyataan di situs berita kelompok itu, sebagai tanggapan atas tawaran dialog yang diajukan Wakil Presiden Omar Suleiman.
Suleiman mengatakan, kelompok itu belum memutuskan apakah akan menerima tawaran berunding.
"Rakyat telah menjatuhkan rejim dan kami tidak melihat perlunya berdialog dengan rejim yang tidak sah," kata Ikhwanul Muslimin dalam pernyataan itu.
Daftar Jenderal Asing SS
4 bulan yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar