(ANTARA News/AFP) - Kebanyakan warga Israel mencemaskan rezim Islami akan berkuasa di Mesir setelah Presiden Hosni Mubarak melepas kekuasaan, menurut survei pendapat yang diterbitkan pada Kamis oleh surat kabar Yediot Aharonot.

Berdasarkan jajak pendapat dari 500 responden oleh organisasi Mina Tzemah-Dahaf untuk koran Yahudi tersebut, 59 persen memprediksi rezim Islami menguasai Mesir pasca-Mubarak, sementara 21 persen berpendapat nantinya akan menjadi pemerintah sekuler demokratis.

Survei tersebut memiliki marjin kesalahan sebesar 4,5 persen.

Ketika ditanya bagaimana reaksi mereka terhadap penurunan Mubarak, 65 persen responden berpendapat akan berdampak negatif dan hanya 11 persen yang mengatakan positif. Sisanya tidak memiliki pendapat atau menolak untuk memberi jawaban.

Para pemimpin Israel telah menyinggung bayang-bayang kemungkinan pemerintah teokrasi seperti Iran akan mengambil alih Mesir sejak protes massal dimulai terhadap rezim Mubarak yang sudah berkuasa selama 30 tahun.

"Dalam masa kacau, kelompok Islam terorganisasi dapat mengambil alih negara itu. Hal tersebut pernah terjadi di Iran dan bisa terjadi di tempat lain," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Senin.

Pada masa Anwar Sadar, presiden yang terbunuh sebelum Mubarak, Mesir menandatangani kesepakatan perdamaian dengan Israel pada 1979 yang menyatakan Mesir mendapat kembali seluruh wilayah yang dikuasai oleh Israel saat perang Timur Tengah pada 1967.

Mubarak pada Selasa mengatakan ia akan mengundurkan diri saat Mesir mengadakan pemilihan presiden pada September, tetapi para pemrotes menolak dan menyerukan Mubarak.