PBB (ANTARA News) - Korea Utara memiliki sedikitnya satu fasilitas nuklir militer rahasia, kata satu tim pakar kepada Dewan Keamanan PBB dalam sebuah laporan yang menyerukan pelaksanaan sanksi-sanksi yang lebih keras, kata para diplomat, Senin waktu setempat.

Pekerjaan pembangunan fasilitas itu mungkin dimulai tahun 1990-an tanpa menimbulkan kecurigaan, kata para diplomat yang melihat laporan itu yang mungkin dibicarakan oleh satu komite sanksi-sanksi Dewan Keamanan PBB dalam beberapa hari ke depan.

Berita itu didasarkan pada bukti dari pakar nuklir Amerika Serikat Siegfried Hecker yang telah diajak pihak berwenang Korea Utara (Korut) mengunjungi satu lokasi rahasia itu November tahun lalu.

Hecker mengemukakan ada ratusan sentrifugal di kompleks Yongbyon ketika ia mengunjungi lokasi fasilitas nuklir Korut itu. Laporan itu mengutip peryataan dia yang mengatakan Korut telah memperleh bantuan asing untuk membangun fasiitas itu, kata seorang diplomat kepada AFP tetapi tidak bersedia namanya disebutkan.

"Laporan itu menyatakan sentrifugal di Yongbyon telah dioperasikan paling tidak pada satu fasilitas lainnya sebelum dipindahkan dari sana," kata diplomat itu.

"Peralatan itu telah dipasang setidaknya tahun 1990-an dan dibangun dengan bantuan pihak asing," kata seorang diplomat lainnya, yang juga tidak bersedia namanya disebutkan karena laporan tiu tidak disiarkan kepada publik.

Tim pakar dibentuk untuk memantau dua babak sanksi yang ditetapkan Dewan Keamanan PBB terhadap Korut karena program nukirnya.

"Mereka mengatakan lebih banyak lagi perusahaan dan individu akan dikenakan peraturan sanksi-sanksi itu," kata diplomat tersebut.

Nama-nama baru yang akan menghadapi larangan perjalanan dan pembekuan asset bisa ditambahkan pada peraturan sanksi-sanksi tanpa memerlukan satu satu resolusi baru Dewan Keamanan PBB yang kemungkinan akan ditentang China.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya di Dewan Keamanan PBB yang beranggotaan 15 negara itu telah mendesak dilakukan sanksi-sanki yang lebih keras.

Tim itu bertemu Hecker setelah ia mengunjungi Korut. Tidak seorangpun dari para pakar itu diizinkan mengunjungi Yongbyon atau fasiltias nuklir lain Korut.

Korut telah mengatakan pihaknya memiliki sebuah bom plutonum. Korut mengatakan pihaknya melakukan uji-uji coba bom nuklir tahun 2006 dan 2009.

Korut mengaku bahwa uranium yang diperkaya dengan kadar rendah telah dibuat di Yongbyon dengan sentrifugal-sentrifugal setelah kunjungan Hecker itu. Pihak berwenang Korut menegaskan uranium itu adalah untuk reaktor air ringan "damai".

Para pakar PBB membuat 10 rekomendasi termasuk menambahkan lagi para pejabat nuklir dan perusahaan-perusahaan Korut dalam daftar sanksi-sanksi.

Negara-engara tetangga seharusnya juga memperketat pengawasan terhadap Korut, kata laporan-laporan itu.

Korut mengusir para pemeriksa nuklir dari PBB keluar dari Yongbyon tahun 2002 sebelum mundur dari Perjanjian Non Proliferasi Nuklir (NPT), perjanjian yang melarang penyebaran senjata-senjata nuklir.

Laporan itu tidak menyebut nama negara yang diduga membantu Korut tetapi pihak Barat menuduh Iran dan Korea Utara bekerja sama menyangkut teknologi nuklir, AFP melaporkan.