(ANTARA News) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta digelarnya pemilu sebelum September, tapi Hamas segera menolaknya karena itu dinilainya melumpuhkan rakyat Palestina.

Permintaan pemilu itu disampaikan  sehari setelah demonstrasi besar-besaran di Kairo yang menyebakan tergulingnya pemimpin Mesir Hosni Mubarak.

Pemerintah Otonomi Palestina pimpinan Abbas mengatakan semangat perubahan di Mesir seharusnya mengilhami rakyat Palestina untuk bersatu.

"Kepemimpinan Palestina memutuskan untuk mengadakan pemilihan presiden dan anggota dewan sebelum September," kata pembantu senior Abbas, Yasser Abed Rabbo, kepada wartawan.

"Saya minta semua pihak untuk menyisihkan perbedaannya," katanya merujuk persaingan sengit antara pemerintah pimpinan Abbas yang bermarkas di Tepi Barat dan Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

Tapi penyelesaian cepat atas pembagian Palestina itu tampaknya tidak mungkin dilakukan mengingat jurubicara Hamas Fawzi Barhoum menyatakan Abbas yang didukung Barat dan telah menjabat sebagai presiden sejak 2005 sudah kehilangan keabsahan untuk membuat permintaan itu.

"Hamas tidak akan mengambl bagian dalam pemilihan itu. Kami tidak akan memberinya keabsahan. Dan kami tidak akan mengakui hasilnya," kata Barhoum kepada Reuters.

Kedua kelompok itu tidak sepakat dalam menafsirkan undang-undang pemilu Palestina, sementara pemilyu sebelumnya telah dibatalkan setelah kedua belah pihak tidak dapat mencapai perjanjian untuk rekonsiliasi.

Abbed Rabbo menyatakan ketidaksepakatan itu dapat dipecahkan dalam dewan legislatif baru yang akan dibentuk setelah pemilihan presiden dan anggota dewan.

Hamas memenangi pemilu legislatif terakhir pada 2006 dan setahun kemudian mengalahkan pasukan Abbas untuk merebut kekuasaan di Jalur Gaza.

Penentangan Hamas terhadap langkah perdamaian Abbas dengan Israel merupakan salah satu masalah yang membuat kedua kelompok itu terpisah.

Pembicaraan perdamaian yang disponsori AS antara tim Palestina dan Israel telah goyah sejak dilancarkan kembali tahun lalu.

Abed Rabbo menyatakan bahwa Saeb Erakat, kepala juru runding Palestina dalam putaran pembicaraan dengan Israel belum lama ini, telah menyampaikan pengunduran dirinya, tapi Abbas belum menerimanya.

Erakat belum lama ini mendapat serangan setelah memo internal yang menurut dugaan mengungkap pembahasan-pembahasan dengan Israel yang bocor ke media. Beberapa komentator menyalahkan Erakat karena membuat apa yang mereka sebut sebagai konsesi-konsesi luas kepada Israel.

Abed Rabbo telah meminta Presiden AS Barack Obama untuk meningkatkan upaya guna membantu mencapai perjanjian mengenai negara Palestina.