Baghdad (Fokus/ANTARA News) - Sebuah roket menghantam pagar Kedutaan Besar Turki di Baghdad, Rabu, namun tidak ada yang terluka dalam serangan itu, kata beberapa sumber keamanan Irak dan Turki.

Sedikitnya dua roket ditembakkan dari sebuah kendaraan ke kedutaan itu, yang terletak di Baghdad utara di luar kompleks Zona Hijau yang dijaga sangat ketat, kata seorang pejabat keamanan senior Irak, lapor Reuters.

Senin, Baghdad memanggil duta besar Turki untuk menyampaikan keluhan bahwa komentar-komentar para pejabat Turki sama dengan campur tangan dalam permasalahan dalam negeri Irak.

"Ada dua roket Katyusha. Roket pertama menghantam dinding pengaman kedutaan itu, dan yang kedua menghantam lantai dua sebuah bank berdekatan," kata pejabat keamanan itu.

Satu sumber Turki mengatakan, sedikitnya tiga roket ditembakkan ke arah kedutaan itu, namun hanya satu roket yang menghantam dinding luar dan tidak ada korban.

Penembakan roket ke kedutaan Turki itu terjadi di tengah meningkatnya kekerasan di Irak yang menewaskan puluhan orang tahun ini, beberapa pekan setelah pasukan AS menyelesaikan penarikan dari Irak, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Serangan-serangan itu juga berlangsung ketika perselisihan antara pemerintah yang dipimpin orang Syiah dan para pemimpin Sunni menyulut ketegangan sektarian.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.

Para ulama Sunni memperingatkan bahwa Maliki sedang mendorong perpecahan sektarian, dan pemrotes memadati jalan-jalan di Samarra, Ramadi, Baiji dan Qaim, banyak dari mereka membawa spanduk mendukung Hashemi dan mengecam pemerintah.

Para pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada Senin (19/12) setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Irak Mayor Jendral Adel Daham mengatakan pada jumpa pers, pengakuan para tersangka yang diidentifikasi sebagai pengawal Hashemi mengaitkan wakil presiden tersebut dengan pembunuhan-pembunuhan dan serangan.

Surat perintah penangkapan itu ditandatangani oleh lima hakim, kata Daham.

Sedikitnya 13 pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan terakhir, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.

Presiden wilayah otonomi Kurdi Irak Massud Barzani sebelumnya menyerukan perundingan darurat untuk mencegah runtuhnya pemerintah persatuan nasional, dengan memperingatkan bahwa "keadaan sedang mengarah ke krisis yang dalam".