Aden (Fokus/ANTARA News/Reuters) - Empat warga sipil dan seorang prajurit tewas dan sepuluh orang cedera dalam penembakan oleh pasukan keamanan di kota pelabuhan Aden, Yaman selatan, Jumat, kata kelompok separatis selatan dan seorang pejabat.

Kekerasan itu terjadi ketika massa berkumpul untuk menuntut pemisahan wilayah selatan.

Seorang pejabat keamanan setempat mengatakan, tiga prajurit yang mencakup seorang letnan termasuk diantara mereka yang cedera pada peringatan yang menandai perjuangan keras bagi kemerdekaan wilayah selatan yang mengarah pada perang saudara dan dimulai di Aden pada 13 Januari 1986.

Massa pada peringatan itu meneriakkan "Revolusi! Revolusi! Oh Selatan!", kata beberapa saksi.

Minggu, kabinet Yaman mengusulkan kekebalan dari hukuman bagi Presiden Ali Abdullah Saleh untuk mempercepat pengunduran dirinya sesuai dengan rencana perdamaian penengahan negara Teluk untuk mengakhiri protes berbulan-bulan yang melumpuhkan negara miskin Arab itu. Pemilihan presiden dijadwalkan berlangsung pada 21 Februari.

Namun, siapa pun pengganti Saleh menghadapi banyak tantangan: pemberontakan di wilayah utara, gerakan separatis selatan dan kelompok sayap Al-Qaeda yang bermarkas di Yaman.

Saleh (69), yang memerintah Yaman selama 33 tahun, menandatangani perjanjian penyerahan kekuasaan yang ditengahi oleh negara-negara Teluk di Riyadh pada 23 November, yang menetapkan ia menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya meski ia tetap menjadi presiden kehormatan sampai Februari.

Prakarsa Dewan Kerja Sama Teluk yang bertujuan mengakhiri protes berbulan-bulan itu menetapkan Saleh mengundurkan diri dengan imbalan kekebalan dari tuntutan hukum bagi dirinya dan anggota-anggota keluarganya.

Pada 7 Desember, Wakil Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi mengeluarkan sebuah dekrit yang mensahkan pembentukan pemerintah persatuan nasional yang disepakati sesuai dengan perjanjian penengahan Teluk.

Pemerintah baru yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammed Basindawa akan menjalankan tugas selama tiga bulan, dan setelah itu pemilihan umum dilaksanakan dan Hadi akan secara resmi mengambil alih tugas presiden.

Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan ratusan orang.

Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaida, kehilangan dukungan AS.

Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.

Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu.

Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaida akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).