Seoul (Fokus/ANTARA News) - Korea Selatan, Jumat mengatakan pihaknya masih tetap ingin berdialog dengan Korea Utara kendatipun kecaman-kecaman dari Pyongyang setelah kematian pemimpinnya Kim Jong-Il.

Korut Kamis malam menerbitkan apa yang mereka sebut "Kertas Putih" yang menuduh pemerintah Presiden Lee Myung-Bak sebagai satu "kelompok pengkhianat" dan menuduhnya mendorong hubungan antar-Korea ke titik terendah dalam beberapa tahun belakangan ini.

Kendatipun serangan-serangan seperti itu tetapi "adalah lebih baik hubungan Korsel-Korut melalui jalan menuju hidup berdampingan secara damai dan sejahtera bersama sementara mempertahankan perdamaian dan stabilitas," kata Kim Hyung-Suk, juru bicara kementerian unifikasi Seoul yang menangani masalah-masalah lintas perbatasan.

"Dalam konteks ini, kami menganggap perlu membentuk satu jaringan dialog yang stabil, dan apabila hal itu diberlakukan kami akan dapat membicarakan dan menyelesaikan masalah-masalah yang belum terselesaikan melalui dialog antara pihak-pihak berwenang yang bertanggung jawab."

Hubungan antara kedua negara membeku sejak Korsel menuduh Korut bertanggung jawab atas dua serangan lintas perbatasan yang menelan korban jiwa tahun 2010.

Dalam pekan-pekan belakangan ini Korut menuduh pemerintah Seoul menunjukkan sikap tidak menghormati dalam periode belasungkawa bagi Kim Jong-Il yang meninggal 17 Desember dan digantikan oleh putranya Kim Jong-Un.

Pada Kamis Komite untuk Reunifikasi Damai Korut mengatakan pemerintah Lee telah meningkatkan konfrontasi dan melakukan kampanye fitnah .

Komite itu mengatakan militer Korsel berada dalam siaga setelah pengumuman kematian Kim dan menduduh pemerintah Seoul "mengarahkan meriam ke rakyat Korut yang dapat menumpahkan air mata duka cita yang mendalam".

"Seluruh fakta menunjukkan bahwa kelompok para pengkhinat Lee Myung-Bak adalah kelompok nomor satu dari orang-orang yang gila pada konfrontasi dan perang," katanya, memperingatkan bahwa "kelompok itu akan menghadapi hukuman yang tanpa ampun".