Tripoli (ANTARA News/AFP) - Rezim Libya Gaddafi pada Jumat menawarkan kepada pemberontak yang menguasai kota pelabuhan Misrata suatu amnesti atau pengampuan jika mereka menghentikan pertempuran, menurut juru bicara pemerintah.

Sebuah pernyataan Kementerian Kehakiman, yang dikutip oleh juru bicara Mussa Ibrahim pada konferensi pers, menyerukan "semua kelompok bersenjata di Misrata untuk meletakkan senjata mereka dengan imbalan amnesti".

Tawaran itu berlaku sampai Selasa, katanya, dan menambahkan bahwa pemerintah akan memungkinkan para pejuang meninggalkan kota ketiga terbesar Libya itu jika mereka menyerah.

Kapal perang Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Jumat pagi menghentikan aktivitas pasukan Gaddafi dari peletakan ranjau-ranjau anti-kapal di pelabuhan Misrata, dan aliansi tersebut menuduh rezim mencoba mengganggu aliran bantuan ke kota yang telah terkepung selama dua bulan.

Ranjau-ranjau laut sedang diletakkan dua sampai tiga kilometer di lepas pantai dan di mendekat di Misrata dengan sengaja menenggelamkan perahu karet yang mereka bawa," kata NATO dalam sebuah pernyataan.

Tiga ranjau ditemukan pada Jumat pagi dan sedang dilucuti, kata pakta pertahanan yang beranggotakan 28 negara itu.

Ibrahim menegaskan dalam laporan sebelumnya bahwa kapal-kapal yang memasuki pelabuhan akan dijadikan target.

Dia juga mengatakan bahwa "gerombolan bersenjata berusaha untuk membuat kerusakan antara Tunisia dan Libya serta menciptakan krisis kemanusiaan di kawasan itu untuk membenarkan intervensi NATO ".

Tunis pada Kamis menuduh Libya melanggar wilayah kedaulatannya

setelah pemberontak dan pasukan Gaddafi terlibat bentrok di suatu penyeberangan perbatasan.