Pemboman di Irak |
Bom-bom itu meledak dalam rangkaian cepat di distrik al-Shurta al-Rabaa di ibu kota Irak tersebut. Satu bom meledak di dekat Husseiniya, tempat keagamaan bagi muslim Syiah.
Satu sumber kementerian dalam negeri mengatakan, bom-bom itu diangkut dengan gerobak kayu yang biasanya digunakan untuk membawa barang dagangan.
"Saya sedang berjalan menuju pasar itu ketika bom pertama meledak. Orang-orang berlarian untuk melihat apa yang terjadi dan bom kedua meledak," kata Sijad, seorang remaja yang tinggal di daerah itu.
"Tiba-tiba ada mayat di mana-mana di sekitar saya, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan barang-barang mereka berserakan di segala tempat," kata saksi itu.
Satu sumber kementerian dalam negeri menyebut jumlah korban tewas 23 dan 107 orang terluka. Sumber-sumber di tiga rumah sakit mengatakan, sedikitnya 35 orang tewas dan 85 cedera.
Pusat operasi keamanan Baghdad menyebut jumlah awal kematian 11 dan 70 orang cedera.
Serangan-serangan bom itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.
Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.
Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April saja, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.
Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.
Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.
Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.
Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.
Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu, demikian dilaporkan Reuters.
Editor by Fatryani Auly
0 komentar:
Posting Komentar