FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Selasa, 21 Juni 2011

Domodedovo International Airport, Moscow
 Moskow (ANTARA News) - Pengamanan di bandara terpadat Rusia, yang dilanda serangan bom bunuh diri mematikan awal tahun ini, diperketat Senin setelah seorang wanita berhasil naik pesawat tanpa tiket, dokumen atau barang.

Peristiwa di bandara Domodedovo itu terjadi Jumat dan melibatkan penerbangan tujuan Dushanbe, ibu kota republik bergolak Asia Tengah, Tajikistan.

Wanita itu tampaknya berhasil memasuki kawasan bandara pada malam sebelumnya dan naik pesawat tersebut setelah menghindari pemeriksaan paspor dan tempat-tempat pengawasan lain, kata sejumlah pejabat keamanan.

"Ia berhasil melewati semua pengawasan tanpa terhadang atau terdeteksi, dan kemudian naik pesawat itu," kata kantor jaksa perhubungan Moskow dalam sebuah pernyataan, lapor AFP.

Penyelidikan telah mulai dilakukan dan petugas pengamanan bandara yang bertanggung jawab akan dihukum, katanya.

Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat di Moskow itu pada Januari.

Serangan itu membuat Presiden Rusia Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.

Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk muslim di Kaukasus Utara.

Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.

Emirat Kaukasus, yang juga dikenal sebagai Imarat Kavkaz atau IK, dituduh melakukan banyak serangan yang mencakup serangan terhadap kereta-api Rusia berkecepatan tinggi pada November 2009 dan pemboman bunuh diri di luar Kementerian Dalam Negeri Chechnya pada Mei 2009, kata kementerian AS.

AS juga menawarkan hadiah lima juta dolar bagi informasi yang mengarah pada lokasi pemimpin kelompok tersebut, Doku Umarov.

Dalam rekaman video yang dipasang pada Februari, Umarov mengatakan, Rusia akan menghadapi "tahun darah dan air mata" jika mereka menolak meninggalkan wilayah-wilayah Kaukasus Utara, dan dalam wawancara terpisah pada Mei ia mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden tidak akan menghentikan perjuangan muslim garis keras.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis. 


Editor by Fatryani Auly

0 komentar:

Posting Komentar