FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Sabtu, 09 Juli 2011

Banyak Orang Tewas Saat Kemarau di Somalia

Seorang gadis pengungsi asal Somalia (ilustrasi)
Jenewa (ANTARA News/AFP) - Banyak orang, termasuk anak-anak, tewas sewaktu menyelamatkan diri dari kemarau parah di Somalia, badan PBB urusan pengungsi mengatakan Jumat, dan memperingatkan upaya bantuan terancam oleh banyaknya jumlah pengungsi yang berdatangan di berbagai kamp.

"Banyak orang meninggal dalam perjalanan berdasarkan apa yang kami dengar," kata Melissa Fleming, wanita juru bicara bagi Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR).

Namun ia tak dapat memberi perincian mengenai jumlah korban jiwa, tapi mengatakan ada keterangan "yang mengerikan" dari para ibu yang telah kehilangan anak mereka di perjalanan dan orang lain yang dipaksa meninggalkan anggota keluarga yang sakit.

Sebanyak 1.700 orang Somalia berdatangan setiap hari di daerah Dollo Ado di Ethiopia tenggara dalam upaya mencari makanan dan air. Sementara itu di Kenya --yang bertetangga-- sebanyak 1.400 orang datang setiap hari di kamp pengungsi yang kelebihan penghuni di Dadaab, kata UNHCR sebagaimana dilaporkan AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta.

"Hari ini kami memperingatkan bahwa berbagai upaya kemanusiaan untuk membantu pengungsi Somalia yang baru datang di Ethiopia tenggara menghadapi resiko kelebihan beban tanpa reaksi lebih cepat dan aktif internasional terhadap krisis kemarau dan pengungsi di Tanduk Afrika," kata Fleming.

Fleming, yang menggawaris-bawahi banyaknya orang yang tiba di Dollo Ado, mengatakan sistem untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan kesehatan "hampir tertekuk".

PBB sebelumnya telah memperingatkan 10 juta orang di Tanduk Afrika telah menghadapi kemarau terburuk dalam 60 tahun, sementara sebagian daerah berada di ambang kelaparan.

Musim hujan yang buruk ditambah harga pangan yang meningkat telah mengakibatkan kekurangan pangan parah di berbagai negara termasuk Djibouti, Ehtiopia, Kenya, Somalia dan Uganda.

Editor by Fatryani Auly

0 komentar:

Posting Komentar