Dhaka (ANTARA News) - Ribuan polisi antihuru hara dan pasukan elit paramiliter dikerahkan di ibu kota Bangladesh, Dhaka setelah kerusuhan menjelang pemogokan umum menentang perubahan sistem pemilu negara itu.

Setidaknya 12 bus dibakar Sabtu malam dan 40 orang ditahan, kata polisi, hanya beberapa jam sebelum Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) menyerukan pemogokan.

Semua toko, tempat bisnis dan sekolah tutup di Dhaka, Minggu, sedangkan jalan-jalan penting dan jalan raya menyepi.

Setidaknya 8.000 polisi dan 1.500 personil paramiliter dikerahkan di kota itu hari ini untuk mencegah aksi kekerasan, kata para perwira polisi lokal, sementara ribuan orang lagi ditugaskan di seluruh negara itu.

"Kami memberlakukan tindakan keamanan yang ketat di seluruh kota itu. Sejauh in situasi tetap tenang. Tidak ada insiden kekerasan di manapun di ibu kota," kata komandan polisi Dhaka Bnazir Ahmed kepada AFP.

Pemogokan itu diserukan setelah pekan lalu Perdana Menteri Sheikh Hasina dari partai Liga Awami mengumumkan rencana menghapus sistem negara itu di mana pemerintah sementara mengambil kekuasaan selama waktu pemilihan.

Sistem itu dirancang untuk tiga bulan bagi setiap pemilihan di Bangladesh yang punya tradisi lama dilanda kerusuhan politik sejak merdeka pada 1971.

Pemimpin oposisi Khaleda Zia mengkatan kepada wartawan bahwa  partainya tidak akan ikut bertarung pada pemilu di masa depan jika pemerintah tetap menghapuskan sistem pemerintah sementara yang mengawasi empat pemilu secara berturut-turut.

Pemogokan itu adalah yang kempat yang BNP serukan sejak kalah dalam pemilu 2008. Sekutu-sekutu utama Islamnya mendukung pemogokan itu.(*)