Polisi China dalam gladi resik HUT Partai Komunis di Kota Nanjing |
Kantor berita Xinhua menyorot rasa bangga sejumlah warga China selama berada di bawah rezim Partai Komunis. Bagi kalangan Barat, Partai Komunis China (PKC) membentuk rezim bertangan besi dan tanpa ampun melibas setiap gerakan oposisi, seperti yang terjadi pada Tragedi Tiananmen 1989.
Namun bagi mayoritas rakyat China, yang berjumlah lebih dari satu miliar jiwa, PKC berhasil membawa bangsa mereka tampil sebagai kekuatan baru ekonomi dunia. "Kini, China menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia," tulis Xinhua, yang merupakan kantor berita pemerintah China.
Rasa bangga itu dilontarkan Zhang Huifen, pensiunan pekerja pabrik di Beijing. Dia telah menjadi anggota partai selama 30 tahun.
Zhang masih teringat masa-masa susah di masa lampau, ketika sistem ekonomi masih sangat terpusat dan belum menerapkan pasar bebas yang terkendali. Makanan bagi warga saat itu masih dijatah.
"Saat masih duduk di bangku SMA pada dekade 1970an, kami mendapat jatah makanan berupa tepung terigu dan beras seberat seperempat kilogram. Kacang pun hanya bisa dinikmati pada perayaan Imlek," kata Zhang, yang masih menyimpan sejumlah kupon ransum makanan.
"Bila mampu membeli daging babi, saya pasti ambil bagian yang banyak lemaknya. Bukan karena saya suka makan lemak, tapi lemaknya bisa saya pakai menjadi minyak untuk masak karena saat itu minyak goreng masih langka," kata Zhang. Kini, dia justru menyayangkan sikap orang-orang yang pilih-pilih makanan.
Perempuan setengah baya bernama Qiao Lin merasa iri dengan gaya busana gadis zaman sekarang, yang banyak corak dan bagus-bagus. "Dulu, waktu mulai kerja di usia 18 tahun, celana panjang dan sepatu yang saya pakai masih compang camping," kata Qiao, yang kini berumur 54 tahun.
"Kami saat itu harus membeli baju dengan kupon dan warnanya selalu biru, putih, dan hitam," lanjut Qiao. Kini, dia mengaku bisa bebas membeli pakaian. "Ada banyak baju dan kosmetik yang bagus di mal-mal," kata Qiao.
Dalam tiga puluh tahun terakhir, Partai Komunis China sukses memadukan sistem politik yang masih otoriter dengan sistem ekonomi pasar bebas. Namun, sebagian kalangan mengingatkan bahwa perpaduan itu kini membawa masalah baru bagi China, yaitu kesenjangan sosial yang besar dan korupsi di kalangan birokrat.
"Rakyat menyaksikan bahwa reformasi telah membawa berbagai macam masalah dan beban sosial. Beban itu kini ditanggung oleh kalangan petani, pekerja, dan buruh migran," kata Yang Jisheng, mantan anggota PKC yang kini mengelola suatu majalah, seperti yang dikutip kantor berita Associated Press.
"Ketidakpuasan kini menyebar di kalangan kiri, kanan, dan tengah. Kalangan kiri tidak suka dengan sistem ekonomi pasar. Pihak kanan resah dengan tidak adanya liberalisasi dan demokrasi, sedangkan pihak tengah masih belum menentu," kata Yang.
Editor by Fatryani Auly
0 komentar:
Posting Komentar