FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Selasa, 07 Juni 2011

Mohammad Qahtan
Sanaa (ANTARA News/AFP) - Oposisi Yaman berjanji untuk mencegah kepulangan Presiden Ali Abdullah Saleh yang terluka dari sebuah rumah sakit di Arab Saudi, meskipun ada keraguan mengenai siapa yang akan memegang kendali kekuasaan di Sanaa.

"Kami akan bekerja dengan seluruh kekuatan kami untuk mencegahnya kembali," kata juru bicara oposisi di parlemen Mohammad Qahtan pada AFP, Ahad.

Ia menimpali, "Kami melihat ini sebagai awal dari berakhirnya rezim korup dan tiranis itu."

Tapi, seorang juru bicara partai yang berkuasa Kongres Rakyat Umum (GPC) mengatakan pada saluran berita Al-Arabiya: "Presiden Saleh akan kembali ke Yaman dalam beberapa hari".

Saleh telah dioperasi untuk yang kedua pada Ahad, menurut seorang pejabat Saudi di Riyadh.

"Presiden Saleh telah menjalani dua operasi yang berhasil. Yang pertama untuk mengeluarkan potongan serpihan (senjata) dari dadanya, dan yang kedua pembedahan urat syaraf pada lehernya.

"Prosedur berikutnya itu untuk tujuan operasi kosmetik. Masa pemulihan kesehatan dua pekan, setelah itu ia akan kembali ke Sanaa," kata pejabat tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Saleh, 69, yang terluka oleh ledakan saat ia shalat di sebuah masjid di dalam kompleks istana presiden Jumat, dikirim ke Arab Saudi Sabtu malam, tapi ia tidak mengundurkan diri.

Ia diterbangkan ke Riyadh dengan pesawat medis Saudi dan dibawa dengan segera ke sebuah rumah sakit militer, sementara pesawat kedua membawa anggota-anggota keluarganya.

Saleh menderita "luka bakar dan luka goresan pada wajah dan dada", seorang pejabat Yaman mengatakan, mengurangi keluasan lukanya, sementara GPC mengatakan ia "luka ringan di bagian belakang kepala".

Rezimnya menyalahkan serangan itu pada pemimpin suku pembangkang yang berpengaruh Sheikh Sadiq al-Ahmar, yang para pejuangnya telah memerangi pasukan pemerintah di Sanaa sejak rencana pengalihan kekuasaan hancur bulan lalu.

Kantor Sheikh Sadiq menyatakan, Ahad, ia telah menyetujui gencatan senjata bersyarat dan akan menarik pasukannya dari bangunan-bangunan umum, menyusul permintaan dari Wakil Presiden Abdurabuh Mansur Hadi.

Hadi telah minta "gencatan senjata dan pengosongan bangunan-bangunan umum oleh elemen-elemen bersenjata ... yang sheikh itu terima dengan syarat unit-unit militer dan kelompok bersenjata mereka juga mundur dari posisi mereka sekarang ini guna memulihkan keamanan, kata seorang pejabat di kantor Sheikh Sadiq.

Hadi telah mengirim dua jendral dengan tawaran gencatan senjata, kata pejabat itu.

Kepala polisi politik Jendral Ghaleb Qamash dan penasehat militer presiden Jendral Mohammad Qassim mengusulkan "pembongkaran semua posisi militer sekarang ini yang dibuat di distrik Al-Hassaba dan Hada masing-masing di utara dan selatan ibu kota, pejabat itu menambahkan.

Sementara itu, puluhan ribu orang turun ke jalanan Sanaa, Ahad, untuk merayakan apa yang mereka katakan sebagai akhir pemerintahan otokratis Saleh yang telah 33 tahun lamanya.

"Hari ini, Yaman baru lahir," nyanyi orang-orang yang berkumpul di Lapangan Universitas -- yang dijuluki "Lapangan Perubahan", pusat demonstrasi anti-rezim yang berkobar sejak Januari lalu.

Presiden Saleh menolak menyerahkan kekuasaannya meskipun empat bulan bentrokan pasukannya dan demonstran anti-rezim telah menyebabkan sedikitnya 200 orang tewas di negara itu.

Pasukan keamanannya telah melakukan tindakan kejam, sementara itu ia berulang kali menolak menandatangani perjanjian yang diperantarai monarki-monarki Arab di Teluk bagi pengalihan kekuasaan damai.

0 komentar:

Posting Komentar