Sayyed Hady dari Wefaq |
Warga dan kelompok utama oposisi Syiah, Wefaq, menyatakan polisi menggunakan gas air mata, peluru karet, granat suara dan melepaskan tembakan dengan menggunakan peluru kecil guna membubarkan peserta pawai di beberapa desa warga Syiah di sekitar ibu kota negeri itu, Manama.
Sebagian pawai tersebut murni bersifat keagamaan, kata warga setempat, sementara yang lain bernuansa politik saat peserta pawai meneriakkan "Turunkan, turunkan (Raja) Hamad" dan "Rakyat mengingini kejatuhan rejim".
Penduduk mengatakan beberapa polisi cedera di desa Sitra, dan satu rumah telah terbakar saat bentrokan berlangsung di sana.
"Kami mengutuk serangan ini, serangan semacam ini akan membuat keadaan bertambah buruk," kata Sayyed Hady, dari Wefaq. "Peristiwa ini amat, sangat normal di Bahrain, kami telah melakukannya selama berabad-abad ... pemerintah menyatakan mereka takkan menyerang kegiatan keagamaan, tapi ini lah yang mereka lakukan."
Kerusuhan tersebut terjadi cuma dua hari setelah jadwal Formula One Grand Prix ditetapkan lagi di kerajaan di pulau kecil di Teluk itu. Tanggal awal pada Maret telah ditunda akibat protes luas saat itu.
Pada Maret pemerintah Sunni di Bahrain mengerahkan tentara dari negara tetangganya yang juga berfaham Sunni di Teluk guna memadamkan berpekan-pekan protes yang sebagian besar dipimpin oleh anggota penduduk mayoritas Syiah, yang menuntut pembaruan demokrasi.
Pengikut Syiah garis keras bahkan menyerukan pembentukan republik.
Bahrain, tempat Armada Kelima Angkatan Laut AS, telah menyatakan pasukan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab akan tetap berada di negeri tersebut untuk waktu yang tak ditentukan guna membantunya menghadapi ancaman dari negara Syiah, Iran, di seberang jalur laut sempit yang terbentang dari Bahrain.
Seorang pejabat pemerintah membantah bahwa bentrokan luas terjadi pada Ahad, demikian Reuters melaporkan.
0 komentar:
Posting Komentar