FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Senin, 06 Juni 2011

Dubes AS Temui Wapres Yaman

Pertemuan Dubes AS dan Wapres Yaman
Sanaa (ANTARA News) - Wakil presiden Yaman mengadakan pembicaraan dengan Duta Besar AS Gerald Michael Feierstein, Minggu, setelah Presiden Ali Abdullah Saleh yang cedera dirawat di rumah sakit di Arab Saudi, kata kantor berita Saba.

"Wakil Presiden Yaman Abdrabuh Mansur Hadi hari ini menerima Duta Besar AS untuk Yaman Gerald Feierstein," kata Saba.

Menurut konstitusi, Hadi menggantikan Saleh yang saat ini tidak berada di istana setelah pemimpin kawakan itu terluka dalam ledakan ketika ia melaksanakan sholat di sebuah masjid di dalam kompleks kepresidenan pada Jumat.

Saleh dibawa ke Arab Saudi pada Sabtu malam, namun tidak mengundurkan diri, kata seorang pejabat Saudi.

"Sejumlah masalah dibahas menyangkut perkembangan saat ini... dan cara-cara kerja sama untuk melindungi pelayanan dasar seperti minyak, gas dan listrik, serta melaksanakan gencatan senjata penuh," kata Saba.

Mereka juga membahas "pentingnya kerja sama dengan Forum Bersama", sebuah aliansi oposisi parlemen, kata kantor berita itu.

Feierstein mengharapkan "kesembuhan segera Presiden Ali Abdullah Saleh dan mereka semua yang terluka" dalam serangan yang ditujukan pada istana presiden di Sanaa pada Jumat.

Dubes AS itu mengukuhkan lagi komitmen negaranya bagi "kerja sama penuh dalam segala hal menyangkut perdamaian, stabilitas dan persatuan di Yaman", kata Saba.

Pertempuran dua pekan antara orang suku oposisi dan pasukan yang setia pada Saleh telah menewaskan hampir 140 orang, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas laporan-laporan petugas medis dan sumber suku.

Kelompok suku yang setia pada pemimpin oposisi kuat Sheikh Sadiq al-Ahmar terlibat dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah di Sanaa setelah Saleh menolak menandatangani perjanjian transisi yang ditengahi negara-negara Teluk.

Perjanjian yang telah ditandatangani oposisi itu menetapkan Saleh meninggalkan kekuasaan dalam waktu 30 hari, dan sebagai imbalannya, ia akan memperoleh kekebalan dari penuntutan.

Saleh, yang telah berkuasa selama 33 tahun, menghadapi protes sejak Januari untuk menuntut pengunduran dirinya, yang disambut dengan tindakan keras aparat keamanan.

Demonstrasi di Yaman sejak akhir Januari yang menuntut pengunduran diri Saleh telah menewaskan lebih dari 300 orang.

Dengan jumlah kematian yang terus meningkat, Saleh, sekutu lama Washington dalam perang melawan Al-Qaeda, kehilangan dukungan AS.

Pemerintah AS mengambil bagian dalam upaya-upaya untuk merundingkan pengunduran diri Saleh dan penyerahan kekuasaan sementara, menurut sebuah laporan di New York Times.

Para pejabat AS menganggap posisi Saleh tidak bisa lagi dipertahankan karena protes yang meluas dan ia harus meninggalkan kursi presiden, kata laporan itu.

Meski demikian, Washington memperingatkan bahwa jatuhnya Saleh selaku sekutu utama AS dalam perang melawan Al-Qaeda akan menimbulkan "ancaman nyata" bagi AS.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini, demikian AFP melaporkan.

0 komentar:

Posting Komentar