Saat ini, sebuah proyek yang dikelola Google, Bank Dunia dan organisasi-organisasi lainnya merekrut sukarelawan yang punya pengetahuan serta memahami kawasan itu, untuk mengisi kesenjangan-kesenjangan yang ada.
France Lamy, program direktur Google.org, menjelaskan sistem itu pada konferensi mengenai pemetaan Sudan di Nairobi.
Dikutip VOA, Senin (4/7), ia mengatakan, “Map Maker adalah sebuah situs program kerjasama pemetaan yang menggabungkan foto-foto resolusi tinggi yang juga memungkinkan komunitas-komunitas memetakan tempat-tempat yang mereka tahu, seperti sekolah, jalan, rumah sakit, dengan menggunakan foto-foto resolusi tinggi sebagai latar belakang informasi. Jadi ini untuk memetakan infrastruktur-infrastruktur dasar.”
Kebanyakan orang yang punya akses internet bisa menambah informasi ke foto-foto pemetaan satelit Google yang menggunakan Map Maker. Mereka bisa memilih gambar gedung dan mengidentifikasinya sebagai sekolah, atau memilih gambar jalan dan menulis nama jalan itu. Informasi itu dicek dan diverifikasi oleh para sukarelawan lainnya.
Di Sudan selatan khususnya, tujuannya adalah untuk membantu memperbaiki peta sehingga pemerintah bisa mengidentifikasi di mana layanan-layanan umum, seperti sekolah dan rumah sakit, dibutuhkan.
Pemetaan ini juga bisa membantu lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan petugas-petugas bantuan melayani wilayah itu secara lebih baik.
“Apa yang diusulkan PBB, yang penting bagi pemetaan, adalah kota-kota utama khususnya di wilayah-wilayah setempat, pedesaan dan juga jaringan-jaringan transportasi,” ujar Lamy.
Para pengelola menyangkal program itu bisa digunakan untuk tujuan-tujuan politik karena Sudan utara dan selatan masih berselisih mengenai batas-batas negara pada masa mendatang.
Tetapi Charles Mona, yang mengepalai kantor pemetaan Sudan selatan, mengatakan data data yang disediakan Google masih bisa membantu Sudan selatan dalam sengketa perbatasan.
“Data yang kami miliki dan kumpulkan bisa memperlihatkan batas yang jelas antara utara dan selatan, tetapi seperti saya katakan, sebagian orang mungkin tidak bisa menerima kenyataan itu. Jadi, jika tidak ada itikad politik,” ujarnya.
Konferensi di Nairobi adalah pembuatan peta kedua yang disponsori Google dan Bank Dunia, setelah konferensi pertama diadakan di Washington bulan April. Para pengelola memperkirakan akan mengadakan konferensi berikutnya di Sudan selatan.
Editor by Fatryani Auly
0 komentar:
Posting Komentar