FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Jumat, 01 Juli 2011

Paasukan Al-Qaida
Aden (ANTARA News) - Bentrokan baru antara pasukan dan militan yang diduga Al-Qaida menewaskan lima prajurit Yaman, Kamis, sementara militer menguasai lagi sebuah lokasi strategis di kota wilayah selatan yang hampir jatuh seluruhnya ke tangan gerilyawan.

"Lima prajurit tewas dan enam orang cedera dalam pertempuran hebat dengan militan Al-Qaida di wilayah timur Zinjibar," kata seorang pejabat militer, dengan menambahkan bahwa di pihak musuh juga ada korban tewas dan cedera.

Seorang petugas medis di kota berdekatan Aden mengkonfirmasi jumlah kematian itu.

Pertempuran berkobar sejak Rabu di daerah sekitar stadion Al-Wahda di pinggiran Zinjibar, yang sebagian besar dikuasai gerilyawan muslim garis keras sejak sebulan lalu.

Militer Kamis menembakkan peluru artileri ke stadion itu dan "berhasil menguasainya lagi", kata pejabat itu.

Sumber yang sama mengatakan, Rabu, jatuhnya stadion itu ke tangan militan membuat pasukan kehilangan sebuah lokasi strategis karena persenjataan telah diangkut dengan helikopter untuk brigade yang ditempatkan di sana, lapor AFP.

Sebanyak 48 orang, termasuk 30 prajurit dan empat warga sipil, tewas dalam pertempuran sengit Rabu antara pasukan pemerintah dan militan yang terkait dengan Al-Qaida di Yaman selatan.

"Sebanyak 30 prajurit dan 14 militan Al-Qaida" tewas dalam bentrokan tersebut, kata satu sumber militer, Rabu.

Kekerasan Kamis itu meningkatkan jumlah kematian militer menjadi 135 sejak militan bersenjata yang menamakan diri "Pengikut Sharia" menguasai sebagian besar Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan, pada 29 Mei.

Para pejabat keamanan mengatakan bahwa militan itu adalah Al-Qaida, namun oposisi politik menuduh pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh mengada-ada tentang ancaman jihad dengan tujuan menangkal tekanan Barat terhadap kekuasaannya yang telah berlangsung 33 tahun.

Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaida memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaida AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaida. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.

Editor by Fatryani Auly

0 komentar:

Posting Komentar