FOKUS INTERNATIONAL KEMBALI HADIR UNTUK PARA PEMBACA SEKALIAN

jual beli liberty reserve, jual beli paypal

Jumat, 08 Juli 2011

Suriah Tuduh AS

Presiden Bashar al-Assad 
Damaskus (ANTARA News) - Suriah pada Kamis menuduh Amerika Serikat "campur tangan" dalam protes yang menggoyang negara Timur Tengah itu selama empat bulan terakhir, setelah Dubes AS Robert Ford mengunjungi kota pemberontak Hama.

"Kehadiran duta besar AS di Hama tanpa izin sebelumnya itu bukti jelas campur tangan Amerika Serikat dalam peristiwa yang sedang berlangsung, dan upaya mereka untuk meningkatkan (ketegangan), yang merusak keamanan dan kestabilan Suriah," kata Kementerian Luar Negeri di Damaskus dalam sebuah pernyataan.

"Suriah memperingatkan mengenai perilaku yang tidak bertanggung jawab tersebut dan menekankan tekadnya untuk terus mengambil semua langkah yang akan membawa kembali ketenangan dan kestabilan negara," tambahnya.

Pada Jumat lalu, aksi-aksi protes anti-rezim mengerahkan setengah juta orang di Hama, menurut para aktivis pro-demokrasi.

Pihak keamanan tidak campur tangan dan Presiden Bashar al-Assad memecat gubernur kota itu pada hari berikutnya.

Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland mengatakan sebelumnya bahwa Ford "tertarik melihat aktivitas besok". Ia mengacu kepada serangkaian protes terbaru yang direncanakan setelah Shalat Jumat.

Seorang pejabat senior AS, yang berbicara dengan syarat tak disebut jatidirinya, mengatakan Ford di kota Hama untuk "melakukan kontak" dengan para pemimpin oposisi di sana.

"Kita perlu tahu siapa orang-orang ini, kita perlu tahu apa yang mereka cita-citakan dalam hal proses politik dan masa depan yang berbeda untuk negara mereka. Kita perlu melakukan kontak dan itulah dia berada di sana," kata pejabat itu.

Ratusan warga mengungsi meninggalkan Hama pada jam-jam terakhir, karena takut tindakan keras tentara pada malam demonstrasi baru di sana dan di seluruh negeri menyuarakan penentangan terhadap setiap dialog dengan rezim Bashar.

Hama telah menjadi simbol oposisi sejak penumpasan 1982 tentang pemberontakan oleh Ikhwanul Muslimin, yang dilarang melawan Presiden Hafez al-Assad, ayah presiden sekarang. Sebanyak 20.000 orang tewas.

Editor by Fatryani Auly

0 komentar:

Posting Komentar