London (ANTARA News) - Perpanjangan waktu serangan udara terhadap Libya sampai lebih dari enam bulan akan menjadi tantangan buat Angkatan Bersenjata Inggris, yang secara bersamaan menghadapi tugas berat di Libya dan Afghanistan, kata para perwira tinggi militer negeri tersebut, Rabu (11/5).

Kepala staf pertahanan yang memberi penjelasan kepada satu komite parlemen mengatakan satu kapal induk dan beberapa pesawat pengintai yang dihapuskan sebagai bagian dari pengurangan pengeluaran pertahanan tahun lalu mestinya dapat membantu dalam aksi di Libya.

Pandangan mereka memalukan buat pemerintah koalisi --yang berusia satu tahun dan memerintahkan pasukan Inggris membantu serangan terhadap Libya. Beberapa bulan sebelumnya kabinet di London memerintahkan pengurangan delapan persen dalam pengeluaran pertahanan selama empat tahun guna mengekang defisiti anggaran.

Kapal Angkatan Laut dan pesawat Inggris memainkan peran penting dalam serangan terhadap pasukan pemimpin Libya Muamar Gaddafi. Inggris juga mengirim sebanyak 10.000 prajurit untuk memerangi Taliban di Afghanistan --jumlah terbanyak kedua setelah Amerika Serikat.

"Ada beberapa tahap operasi yang membuat kami telah merentangkan kemampuan sampai ke titik kami merasa sangat sulit untuk melakukan misi lain," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Udara Stephen Dalton kepada Komite Pertahanan parlemen.

Ketika ditanya mengenai dampaknya buat pasukan Inggris jika operasi di Libya diperpanjang, barangkali untuk tujuan kemanusiaan, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Mark Stanhope mengatakan Angkatan Laut dapat melaksanakan misi enam-bulan. Setelah itu, akan jadi tantangan untuk menemukan kapal tambahan guna melakukan perputaran dalam operasi di Libya dan pada saat yang sama melaksanakan komitmen lain di luar negeri, katanya.

Sementara itu Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Peter Wall mengatakan Angkatan Darat "membuat anggota kami dan hubungan mereka dengan keluarga mereka berada dalam tekanan sangat berat".

Setelah satu kajian pertahanan, pemerintah pada Oktober lalu memerintahkan pengurangan jumlah Angkatan Bersenjata dan menghapuskan kapal induk Ark Royal serta pesawat jet Harriernya. Dua kapal induk baru sedang dibuat tapi diperlukan waktu hampir satu dasawarsa sampai Inggris kembali memiliki kapal induk yang dilengkapi dengan jet berkecepatan tinggi.

Partai Buruh, yang beroposisi, telah mendesak pemerintah membuka kembali kajian pertahanan mengingat adanya konflik Libya, tapi Menteri Pertahanan Liam Fox telah mengesampingkan tindakan itu.

Stanhope mengatakan ia berharap Inggris, yang dipandang sebagai salah satu angkatan bersenjata yang paling mampu di antara sekutu NATO di Eropa, bisa mempertahankan satu kapal induk yang dilengkapi jet tempur, demikian Reuters melaporkan.