Dhaka (ANTARA News) - Sebuah pengadilan militer khusus di Bangladesh telah memenjarakan 84 penjaga perbatasan, membuat semua orang yang dipenjarakan karena peran mereka dalam pemberontakan berdarah pada 2009 menjadi lebih dari 2.000 orang, seorang juru bicara militer mengatakan, Rabu.

Sejumlah pejabat senior militer telah tewas dalam pemberontakan selama 33 jam yang dimulai ketika sejumlah tentara di markas besar Bangladesh Rifles (BDR) di Dhaka melakukan serangkaian pembunuhan, kemudian membuang mayat mereka ke selokan air kotor dan makam-makam yang dangkal.

Pemberontakan itu meluas dengan cepat ke pos-pos BDR di luar ibu kota Bangladesh, Dhaka, dan di seluruh negara itu, dengan ribuan penjaga telah mengangkat senjata terhadap para pejabat yang memimpin mereka dalam pemberontakan militer paling buruk dalam sejarah Bangladesh.

Puluhan pengadilan khusus yang dipimpin oleh militer dengan menggunakan campuran undang-undang perang dan sipil -- dibentuk untuk mengusut para pemberontak, dengan putusan pertama yang menghukum 29 tentara telah dijatuhkan pada April 2010.

Sebuah pengadilan khusus telah menghukum 84 orang pada Selasa.

"Dari 2.147 penjaga yang sekarang telah diadili, 63 telah dibebaskan dan 2.084 penjaga dipenjarakan," kata juru bicara militer Mohsin Reza pada kantor berita AFP.

Sebanyak 3.899 penjaga lagi masih menunggu untuk diadili, ia menambahkan.

Pengadilan khusus itu, yang tidak memungkinkan terdakwa memiliki pengacara, menjatukan hukuman maksimal tujuh tahun penjara. Para terdakwa tidak memiliki hak untuk naik banding atas putusan pengadilan yang telah dijatuhkan.

Tentara-tentara yang dituduh melakukan kejahatan yang lebih serius -- termasuk pembunuhan, penjarahan dan pembakaran dengan sengaja -- akan diadili secara terpisah di pengadilan sipil Bangladesh, dan dapat menghadapi hukuman mati jika terbukti.

Bangladesh Rifles (BDR) sejak itu telah mengubah namanya menjadi Penjaga Perbatasan Bangladesh dalam upaya untuk menjauhkan dirinya dari pemberontakan tersebut.